Minggu, 10 Juli 2016

Aneh! MENURUT PEMAHAMAN WAHABI- SEKOLAH DAN KULIAH KEBANYAKAN ITU ADALAH WARISAN KAUM KAFIR BARAT, DAMPAKNYA MELAHIRKAN SEORANG GELANDANGAN, PENGEMIS ATAS NAMA DAKWAH, DAN PENGEKOR HAWA NAFSU


Lagi2 Postingan kali ini saya copaskan LANGSUNG DARI WEBSITE WAHABI. Di copas dari postingan mereka yg berjudul “”Sekolah antara realita dan sunnah” .
Bagi yg ingin membaca langsung secara lengkap silahkan klick link sumber yg sudah saya cantumkan di bagian bawah.

Bagi yg ingin membaca langsung, di bawah ini adalah sebagian copasannya,
Selamat membaca..! :
______________________________________

Dengan diutusnya Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam maka terjadilah perubahan zaman, yang tadinya zaman jahiliyyah dan zaman penuh dengan kegelapan [baik kegelapan syirik, ma’siat dan khurafat] berubah menjadi zaman yang terang benderang [yang diterangi dengan ilmu dan sunnah]. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam menda’wahkan al-haq, tauhid dan hikmah serta memberikan pengajaran-pengajaran, bimbingan-bimbingan dan mengadakan majelis-majelis ilmu [sebagaimana hadits Jibril dalam “Shohih Muslim” dan banyak hadits lainnya menjelaskan masalah itu] . Dengan pendidikan yang Islami tersebut -dengan izin Alloh Ta’ala- mampu mengkader generasi terbaik dari umat ini; generasi para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Tiga generasi terbaik tersebut kemudian mewariskan metode tarbiyyah (pendidikan) Nubuwwah yang paling baik dan terbagus itu.

Namun kemudian muncul setelah itu metode pendidikan baru yang dikemas oleh kaum kafir Barat, yang diserap dari peradaban dan budaya Yunani Kuno (dan kemudian Yunani Modern) yang pada akhirnya tersebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia mendapatkan andil dalam menerapkan pendidikan tersebut yang dibawa oleh penjajah kolonial Belanda.

Dengan keberadaan pendidikan dari Barat tersebut mengakibatkan pendidikan yang diwariskan dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam mulai terkikis dan terkotori, bahkan dianggap pendidikan murni yang diwariskan dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam adalah asing dan tidak lagi selaras dengan zaman ,
Sungguh benar perkataan Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam “Shohihnya” (no. 232) dari hadits Abu Huroirah –RadhiyAllohu ‘anhu-, beliau –RadhiyAllohu ‘anhu- berkata: Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam berkata:

بدأ الإسلام غريبا وسيعود كما بدأ غريبا فطوبى للغرباء

“Islam berawal dengan keasingan dan akan kembali asing sebagaimana permulaannya maka beruntunglah orang-orang (yang dianggap) asing”.

Berkata Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain bin Muhammad Sanusi -Hadahullah- (sebagaimana dalam “Kaset Tanya Jawabnya”: Bahwa madrasah pada asalnya dari Islam kemudian orang-orang kafir menyontoh (mengikuti).

Maka kami katakan: Apa yang dida’wahkan oleh Ustadz Dzulqarnain, yang tampak dari seruannya itu terasa manis dan membuat orang-orang terkecoh dan tertipu dengannya, sungguh bagus perkataan Alloh Ta’ala untuk diingat:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ [البقرة/204].

“Dan diantara manusia itu ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Alloh (atas keebnaran) isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras”. (Al-Baqarah: 104).

Dan apa yang diserukan oleh Ustadz Dzulqarnain termasuk salah satu tipu daya dan permainannya dalam berda’wah, tidak diragukan lagi ini adalah salah satu bentuk keteledoran dan pemutar balikan fakta yang dicanangkan oleh ash-shhabul hawa’ (pengekor hawa nafsu) , Sungguh benar apa yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Baihaqiy dalam “Sunannya” (no. 21439) dari Ibrohim bin ‘Abdirrohman Al-‘Adzariy, beliau berkata:

Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam berkata:

يَرِثُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُولُهُ يَنْفُونَ عَنْهُ تَأْوِيلَ الْجَاهِلِينَ وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِينَ وَتَحْرِيفَ الْغَالِينَ.

“Akan terus diwariskan (dibawa) ilmu ini oleh orang-orang yang adilnya dari setiap generasi, yang mereka membersihkan (menafikan) darinya ta’wilan orang-orang bodoh, penyimpangan orang-orang batil dan penyelewengan orang-orang ghulu’ (berlebih-lebihan)”. [Hadits ini dishohihkan oleh Asy-Syaikh Salim ‘Ied Al-Hilaliy Hafidzahullah sebagaimana beliau kemukakan sendiri ketika ziaroh ke Darul Hadits Dammaj].

Coba perhatikan pada masa kejayaan para shahabat ketika terjadi ekspansi kekuasaan ke negri kafir semisal di Persia dan Romawi serta tersebarnya da’wah di negara-negara bagian Eropa, ketika itu telah didapati pendidikan (sekolah) yang mereka dirikan mulai pendidikan dari para Uskup sampai pada Biarawan dan Biarawati. Dan salah satu pendidikan yang terkenal dimasa itu adalah pendidikan para Biarawati yang khusus menggemleng para wanita-wanita Nasrani, dan pendidikan ini dikenal dimana-mana.

Adapun dari sisi lain telah kita maklumi bersama bahwa sistem madrasah atau pendidikan yang sekarang gencar diterapkan oleh para hizbiyyin adalah sistem pendidikan yang sejalan (mengikuti) sistem pendidikan Barat, sekadar contoh adanya sistem semester atau catur wulan, sistem kelas dan batasan pendidikan penentuan selama pendidikan , semuanya sejalan (mengikuti) aturan pendidikan Barat, dan penanggalan (kalender) pendidikan menggunakan kalender masehi, penentuan liburan juga mengikuti sistem pendidikan Barat.

Dan sekadar contoh sistem pendidikan Indonesia semisal itu adalah bermula dari penjajahan Belanda, ketika penjajah Belanda masuk ke Nusantara mulailah mereka mengotori sistim belajar Islamiy yang ada di Pondok-pondok Pesantren khususnya di Jawa, mereka menerapkan sistem pendidikan yang murid-murid dari pendidikan (sekolah) Belanda tersebut adalah dari kalangan para pria, kemudian tampil seorang pahlawan negara dari seorang wanita yang dikenal dengan RA Kartini dengan semboyannya “Habis Gelap Terbitlah Terang” ikut melibatkan dirinya ke dalam pendidikan Belanda tersebut, yang akhirnya kemudian diikuti oleh kaum wanita lainnya. Pada asalnya peradaban Islam di Indonesia ketika itu, para wanita tinggal di rumah-rumah.

Tidak diragukan lagi bahwa sekolah atau universitas ini telah membuat permainan yang menipu orang yang tergiur dengan angan-angan dan perhiasan dunia, Alloh Subahanah berkata:

﴿وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآَخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ﴾ [العنكبوت/64].

“Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. (Al-‘Ankabut: 64).

Dan coba perhatikan dan cermati bahwa di Universitas Madinah masih tersisa beberapa ulama’ sunnah yang menjadi pengajar (dosen) namun keadaannya sudah begitu, lalu bagaimana kiranya dengan sekolah-sekolah yang didirikan oleh orang-orang rendahan dan bodoh semisal Abdussalam, Iqbal [yang keduanya mukim di Ambon] atau orang yang setipe dengan mereka yang mendirikan sekolah-sekolah? Tidak ragu lagi dan bahkan tampak sangat besar kerusakannya. Dan tidaklah kami melihat dari sekolah yang mereka dirikan itu melahirkan seorang penuntut ilmu yang baik dan sukses melainkan menjadi gelandangan, pengemis atas nama dakwah dan pengekor-pengekor hawa nafsu.

Sumber Postingan:
Website Salafi-Wahabi
http://aloloom.net/vb/showthread.php?t=5359

(Salafy/Wahabi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

0 komentar: