Rabu, 07 Desember 2016

Jelang Natal, MUI Minta Jaga Persaudaraan!


Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Abdul Kadir Makarim mengimbau umat beragama di daerah itu tetap menjaga hubungan persaudaraan dan persatuan yang telah terbangun selama ini.

“Selain itu, umat diminta untuk tidak terprovokasi dengan isu-isu dan adu domba yang menyesatkan yang disebarkan orang yang tidak bertanggung jawab. Karena dapat mengganggu hubungan persaudaraan diantara sesama umat beragama,” kata Abdul, di Kupang, Senin (23/12).

Harapan MUI NTT itu sebagai bentuk himbauan kepada umat beragama di provinsi kepulauan itu menyambut Perayaan Natal 25 Desember 2013 dan Tahun Baru 1 Januari 2014.

“Saya imbau umat untuk menjaga persatuan dan kesatuan antarumat beragama di daerah ini. Jangan juga terprovokasi dengan isu-isu yang memecah belah umat. Kita semua adalah saudara,” kata Abdul.

Dia juga meminta kepada semua umat agar, jika ada hal-hal yang mencurigakan, supaya segera melaporkan kepada pemerintah dan aparat keamanan terdekat untuk mendapat penanganan.
“Jangan mengambil tindakan sendiri, karena justru akan membuat suasana tidak nyaman bagi umat sendiri,” pesan Abdul.

Menurut dia, seluruh umat beragama di NTT harus menjaga nilai-nilai kebersamaan, kekeluargaan dan kerukunan yang sudah terjaga baik, selama bertahun-tahun di provinsi ini.

(Antara-News/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ormas Stress! Dinilai Gunakan Tempat Umum, Ormas ‘Bubarkan’ KKR Natal di Bandung


Ormas yang menamakan dirinya Pembela Ahlusunnah (PAS) memasuki gedung Sabuga, Bandung, dan menghentikan kegiatan latihan paduan suara panitia kebaktian dan jemaat Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR). Menurut kronologi yang dirilis beritasatu.com (7/12), perwakilan ormas, Mohammad Roin Balad, memaksa panitia mengakhiri acara dengan alasan kegiatan kebaktian harus digelar di gereja, bukan gedung umum.

“Ketika KKR mereka mengundang juga agama lain selain Kristen. Sedangkan dalam SKB tiga menteri sudah jelas bahwa sebuah keyakinan agama tidak boleh mengundang atau mengajak agama lain ke kegiatan agamanya. Apalagi dilakukan secara massive dan terbuka seperti ini,” kata Mohammad Roin Balad di Bandung, seperti dikutip Jaringan Kantor Berita Radio, Selasa (6/12).

Dua jam sebelum pembubaran, Pendeta Stephen Tong berkoordinasi dengan pejabat Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Bandung bernama Iwan dan petugas Polrestabes Bandung Ipda Edy serta Ipda Kasmari tentang aspirasi massa PAS agar Gedung Sabuga tidak dipakai dalam acara kebaktian.

Stephen akhirnya meminta waktu selama 45 menit untuk membahasnya dengan para jemaat yang sudah terlanjur masuk gedung.

Mencoba memediasi, Kesbangpol Bandung pun memberikan penjelasan kepada perwakilan PAS atas permintaan Stephen Tong tersebut. Meski demikian, tidak lama kemudian massa PAS yang berkumpul di jalan masuk menuju gedung Sabuga menyampaikan akan memberikan waktu sampai pukul 18.00 agar panitia KKR meninggalkan gedung sabuga.


Selain dilakukan di tempat umum, pelaksanaan KKR Natal 2016 di Sabuga ITB itu dianggap belum mendapatkan izin dari Kementerian Agama serta lembaga hukum lainnya dan tidak sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.

“Mereka asalnya mengaku akan menggelar acara jam 18.30 WIB tapi tahunya digelar jam 13.00. Itu kan sudah berdusta,” kata Roin.

Perwakilan penyenggara KKR Natal 2016, Tjoeng menjelaskan penggunaan Sabuga ITB lantaran tempat ibadah yang dimilikinya kecil dan tidak bisa menampung massa. Dia meminta maaf jika kegiatan tersebut dinilai berdampak negatif.

Dalam penjelasannya di hadapan seluruh jemaat Pendeta Stephen Tong menyatakan adanya hal itu menjadi pelajaran bagi setiap penyelenggaraan ibadah yang akan dilakukan. Stephen menyebutkan pula dengan adanya hal tersebut, tidak boleh menyurutkan rasa cinta kasih terhadap sesama.

“Jangan sampai membenci dan harus mengevaluasi tentang hal ini. Dan harus mencintai dengan orang yang saat ini melarang kita,” kata Stephen seperti dikutip KBR. []

(ISimalungun/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Di Tehran, Ketua MPR RI Sambut Baik Kerjasama Penyelesaian Konflik Dengan Dialog, Wahabi Melakukan Makar


Ketua MPR Republik Indonesia, Zulkifli Hasan beserta rombongan melakukan kunjungan ke Tehran, Iran (4-7/12) dalam rangka memenuhi undangan Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani dan pengembangan kerja sama antar parlemen kedua negara. KBRI Tehran melaporkan, Ketua MPR dan delegasi telah melakukan pertemuan bilateral dengan Ketua Majlis Iran pada 5 Desember.

“Pada pertemuan dengan Ketua Majlis Iran, Larijani menyampaikan bahwa Iran dan Indonesia dapat lebih mengembangkan kerja sama disegala bidang. Dibidang ekonomi, diharapkan kedua negara dapat meningkatkan nilai perdagangan yang saat ini terhambat permasalahan perbankan,” kata laporan KBRI Tehran seperti dirilis portal resmi kementrian luar negari Indonesia, 5/12.

Dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi, disebutkan bahwa iran siap untuk melakukan alih teknologi dengan Indonesia. Di bidang politik, disampaikan bahwa kedua parlemen dapat lebih mempererat kerja sama. Larijani juga menyampaikan bahwa Iran mengajak Indonesia untuk bekerja sama dalam penyelesaian konflik negara-negara di Timur-Tengah (Timteng) melalui dialog politik, terutama terkait konflik Israel-Palestina.

“Negara-negara Muslim harus saling berkonsultasi dan melawan gerakan teroris,” kata Larijani dalam konferensi pers bersama dengan Ketua Majelis Rakyat Indonesia (MPR), Zulkifli Hasan, di Tehran, seperti dikutip parstoday.com

Secara khusus, Larijani juga menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan Indonesia kepada Iran melalui penolakan terhadap resolusi Dewan HAM yang memiliki dampak negatif terhadap Iran.

Dalam sambutannya, Ketua MPR RI menyampaikan bahwa kerja sama antara kedua negara diberbagai bidang, antar parlemen dan masyarakat dapat terus dikembangkan dengan mengutamakan persamaan dan bukan perbedaan. Ketua MPR menyayangkan terjadinya konflik antar negara Islam di Timteng. Dalam kaitan tersebut, Indonesia menyambut baik kerja sama antara kedua negara dalam penyelesaian konflik di Timteng melalui dialog politik.

Terkait kesepakatan nuklir Iran, Indonesia mengharapkan kedepannya terdapat perkembangan positif bagi Iran. Dibidang ekonomi, disampaikan mengenai kerja sama migas kedua negara dan dukungan Pemerintah Indonesia dalam memajukan perdagangan bilateral yang nilainya masih rendah. Lebih lanjut, disebutkan pula perlunya kerja sama kedua negara terkait perlindungan dan pemajuan Hak Asasi Manusia (HAM).

Selain rangkaian pertemuan di atas, KBRI Tehran juga telah memfasilitasi acara silaturahmi dengan masyarakat Indonesia di Tehran. Pada acara tersebut, Ketua MPR menyampaikan bahwa sebagai warga negara Indonesia, kita harus bangga dengan perkembangan demokrasi di Indonesia, terutama mengingat aksi damai yang telah berlangsung di Jakarta pada tanggal 2 Desember 2016 lalu.

“Ketua MPR juga menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia di Iran juga harus aktif membantu peningkatan hubungan Indonesia-Iran,” katanya.[]

(Parstoday/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Buya Syafi’i: Hukum Ahok 400 Tahun Hingga Yang Menuduh Puas Tanpa Batas


Jika dalam proses pengadilan nanti terbukti terdapat unsur pidana dalam tindakan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada 27 September 2016 itu, Prof. Ahmad Syafi’i mengusulkan agar ia dihukum selama 400 tahun atas tuduhan menghina Al-Quran, kitab suci umat Islam.

“Sehingga pihak-pihak yang menuduh terpuaskan tanpa batas,” kata Eks Ketua Umum Muhammadiyah ini di tempo.co (2/12).

Menurut pria yang akrab disapa Buya Syafi’i ini, biarlah generasi yang akan datang yang menilai berapa bobot kebenaran tuduhan itu. Sebuah generasi yang diharapkan lebih stabil dan lebih arif dalam membaca politik Indonesia yang sarat dengan dendam kesumat ini.

“Saya tidak tahu apakah di KUHP kita terdapat pasal tentang rentang hukuman sekian ratus tahun itu. Jika tidak ada, ciptakan pasal itu dan Ahok saya harapkan menyiapkan mental untuk menghadapi sistem pengadilan Indonesia yang patuh pada tekanan massif pihak tertentu,” kata Guru Besar di Universitas Negeri Yogyakarta ini

Di media sosial, dalam minggu-minggu terakhir yang panas ini beredar kicauan bahwa, melalui Ahok, konglomerat “Sembilan Naga” akan lebih leluasa menguasai ekonomi Indonesia yang memang sebagian besar sudah berada dalam genggaman mereka.

“Benarkah demikian?”

Bagi Buya, jawabannya: tidak salah. Tapi, saran cendekiawan Muslim ini, tidak perlu melalui Ahok yang mulutnya dinilai liar dan jalang itu, karena prosesnya sudah berjalan puluhan tahun, jauh tersimpan dalam rahim paruh kedua abad ke-20 setelah kekuasaan Bung Karno terempas karena salah langkah dalam mengurus bangsa dan negara.

“Tapi pihak manakah yang memberi fasilitas kepada para naga yang jumlahnya bisa puluhan itu—bukan sebatas sembilan?”

Menurut Buya, tidak sulit mencari jawaban atas pertanyaan ini. Fasilitatornya adalah penguasa dan pihak perbankan Indonesia yang sebagian besar beragama Islam.

“Sekali lagi, sebagian besar beragama Islam. Pihak-pihak inilah yang memberi surga kepada para naga itu untuk menguasai dunia bisnis di negeri ini.”

Buya memasukkan para pihak ini ke kategori bermental anak jajahan, sekalipun sering berteriak sebagai patriot sejati. Atau, mungkin juga, berbisnis dengan kalangan sendiri belum tentu selalu taat janji, karena tidak jarang yang punya mental menerabas.

“Serba sulit, memang,” katanya

Tapi, di mata Buya, harus ada terobosan dari negara untuk mendidik warganya ke arah pemberdayaan anak bangsa secara keseluruhan agar punya mental manusia merdeka yang terampil berbisnis, bukan manusia hamba yang lebih senang tetap menjadi wong cilik.

“Karena itu, kita harus jujur kepada diri sendiri: mengapa mereka yang mengaku sebagai warga negara tulen tidak punya mental kuat dengan disiplin tinggi agar uang menjadi jinak di tangan mereka?”

Presiden ‘World Conference on Religion for Peace’ ini menambahkan, “Lihatlah pihak sana, sekali memasuki dunia bisnis, perhatiannya 100 persen tercurah untuk keperluan itu. Nilai inilah yang seharusnya kita ambil dari mereka.”

Buya mengatakan, Jika terpaksa jadi jongos dalam perusahaan teman kita ini, sifatnya mestilah sementara, untuk kemudian semua kemahiran dagang mereka kita ambil alih.

“Jangan tetap setia jadi jongos sampai ke liang kubur,” katanya.

Semestinya, lanjut Buya, pembenci Ahok tidak hanya mahir bermain secara hiruk-pikuk di hilir lantaran buta peta, karena masalah utamanya berada di hulu—setidak-tidaknya bisa ditelusuri sejak rezim Orde Baru.

“Selama masalah besar dan utama ini dibiarkan berlanjut, jangan bermimpi kesenjangan sosial yang masih menganga dapat dipertautkan. Dan, prahara sosial bisa muncul setiap saat untuk meluluhlantakkan apa yang telah dibangun selama ini.”

Di mata pria 81 tahun ini, sikap benci dan marah tanpa bersedia mengoreksi diri secara jujur dan berani, sorak-sorai demo, akan berujung pada kesia-siaan. Apalagi, kabarnya, kekerasan juga telah menjadi ladang usaha bagi sebagian orang yang punya mentalitas duafa, sekalipun menikmati mobil super-mewah.

“Tapi, Tuan dan Puan, jangan salah tafsir. Yang bermental patriotik dan nasionalis dari kelompok etnis ini juga tidak kurang jumlahnya. Saya punya teman dekat dari kalangan ini, sekalipun mereka belum tentu masuk dalam barisan naga itu.”

Dan, lanjut Buya, naga itu pun tidak semuanya masuk dalam lingkaran konglomerat hitam. “Cinta teman dekat saya ini kepada tanah leluhur sudah lama mereka tinggalkan dan tanggalkan. Tanah air mereka tunggal: Indonesia! Mereka lahir dan berkubur di sini, sikap mereka tidak pernah mendua.”

Adalah sebuah angan-angan kosong sekiranya Ahok dijatuhi hukuman selama 400 tahun, sementara mentalitas terjajah atau jongos tetap diidap sebagian kita.

“Ujungnya hanya satu: kalah,” tegasnya

Dan juga, kekalahan mendorong orang menuju sikap kalap yang bisa menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Maka, menurut Buya, amatlah nista bila nama Tuhan disebut-sebut untuk membenarkan mentalitas kalah dan kalap ini.

“Tanpa perbaikan mendasar dalam struktur kejiwaan kita, maka ungkapan Bung Karno tentang bangsa kuli di antara bangsa-bangsa bukan mustahil menjadi kenyataan.”

Ke depan, kata Buya, diperlukan otak dingin dan kecerdasan spiritual tingkat tinggi untuk membenahi Indonesia.

“Masalah bangsa ini sangat kompleks, tapi pasti ada solusinya, dengan syarat kita semua masih punya akal sehat dan hati nurani,” katanya []

(Tempo/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

‘9 Naga’ Kuasai Ekonomi Indonesia? Buya Syafi’i: Sudah Puluhan Tahun, Fasilitatornya Sebagian Besar Muslim


Sebagian pengamat menilai, salah satu kekuatan menonjol di balik Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama ialah adanya sejumlah konglomrat Cina. Pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun mengatakan, publik mengenal para pemodal itu sebagai sembilan naga atau sembilan barongsai.

Politikus muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia juga mengaku curiga, ada kekuatan besar yang melindungi Ahok sehingga diperlakukan berbeda dengan tersangka lain dalam kasus penistaan agama. Menurut Doli, indikasi ada kekuatan besar yang melindungi Ahok mengarah kepada kelompok taipan yang sedang menjalani bisnis properti dan melakukan reklamasi Teluk Jakarta.

“Kalau selama ini disebut ada 9 Naga, indikasinya kan banyak,” katanya seperti dikutip sindonews (29/11)

Tidak hanya itu, dalam minggu-minggu terakhir, di media sosial juga beredar kicauan bahwa, melalui Ahok, konglomerat “Sembilan Naga” akan lebih leluasa menguasai ekonomi Indonesia yang memang sebagian besar sudah berada dalam genggaman mereka. Benarkah demikian?

Menurut Prof. Ahmad Syafi’i Ma’arif, jawabannya: tidak salah. Tapi, kata Eks Ketua Umum Muhammadiyah ini, tidak perlu melalui Ahok yang mulutnya dinilai liar dan jalang itu, karena prosesnya sudah berjalan puluhan tahun, jauh tersimpan dalam rahim paruh kedua abad ke-20 setelah kekuasaan Bung Karno terempas karena salah langkah dalam mengurus bangsa dan negara.

“Tapi pihak manakah yang memberi fasilitas kepada para naga yang jumlahnya bisa puluhan itu—bukan sebatas sembilan?” kata pria yang akrab disapa Buya Syafi’i ini di tempo.co

Menurut Buya, tidak sulit mencari jawaban atas pertanyaan ini. Fasilitatornya adalah penguasa dan pihak perbankan Indonesia yang sebagian besar beragama Islam.

“Sekali lagi, sebagian besar beragama Islam. Pihak-pihak inilah yang memberi surga kepada para naga itu untuk menguasai dunia bisnis di negeri ini,” kata guru besar di Universitas Negeri Yogyakarta ini.

Semestinya, lanjut Buya, pembenci Ahok tidak hanya mahir bermain secara hiruk-pikuk di hilir lantaran buta peta, karena masalah utamanya berada di hulu—setidak-tidaknya bisa ditelusuri sejak rezim Orde Baru.

“Selama masalah besar dan utama ini dibiarkan berlanjut, jangan bermimpi kesenjangan sosial yang masih menganga dapat dipertautkan. Dan, prahara sosial bisa muncul setiap saat untuk meluluhlantakkan apa yang telah dibangun selama ini.”

Di mata pria 81 tahun ini, sikap benci dan marah tanpa bersedia mengoreksi diri secara jujur dan berani, sorak-sorai demo, akan berujung pada kesia-siaan. Apalagi, kabarnya, kekerasan juga telah menjadi ladang usaha bagi sebagian orang yang punya mentalitas duafa, sekalipun menikmati mobil super-mewah.

“Tapi, Tuan dan Puan, jangan salah tafsir. Yang bermental patriotik dan nasionalis dari kelompok etnis ini juga tidak kurang jumlahnya. Saya punya teman dekat dari kalangan ini, sekalipun mereka belum tentu masuk dalam barisan naga itu.”

Dan, lanjut Buya, naga itu pun tidak semuanya masuk dalam lingkaran konglomerat hitam. “Cinta teman dekat saya ini kepada tanah leluhur sudah lama mereka tinggalkan dan tanggalkan. Tanah air mereka tunggal: Indonesia! Mereka lahir dan berkubur di sini, sikap mereka tidak pernah mendua.”

Adalah sebuah angan-angan kosong sekiranya Ahok dijatuhi hukuman selama 400 tahun, sementara mentalitas terjajah atau jongos tetap diidap sebagian kita.

“Ujungnya hanya satu: kalah,” tegasnya

Dan juga, kekalahan mendorong orang menuju sikap kalap yang bisa menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Maka, menurut Buya, amatlah nista bila nama Tuhan disebut-sebut untuk membenarkan mentalitas kalah dan kalap ini.

“Tanpa perbaikan mendasar dalam struktur kejiwaan kita, maka ungkapan Bung Karno tentang bangsa kuli di antara bangsa-bangsa bukan mustahil menjadi kenyataan.” []

(Maarif-Institute/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

43 Nilai Dakwah Menurut Buya Hamka


1. Dakwah itu membina, bukan menghina.

2. Dakwah itu mendidik, bukan ‘membidik’

3. Dakwah itu mengobati, bukan melukai.

4. Dakwah itu mengukuhkan, bukan meruntuhkan.

5. Dakwah itu saling menguatkan, bukan saling melemahkan.

6. Dakwah itu mengajak, bukan mengejek.

7. Dakwah itu menyejukkan, bukan memojokkan.

8. Dakwah itu mengajar, bukan menghajar.

9. Dakwah itu saling belajar, bukan saling bertengkar.

10. Dakwah itu menasehati, bukan mencaci maki.

11. Dakwah itu merangkul, bukan memukul.

12. Dakwah itu mengajak bersabar, bukan mengajak mencakar.

13. Dakwah itu argumentatif, bukan provokatif.

14. Dakwah itu bergerak cepat, bukan sibuk berdebat.

15. Dakwah itu realistis, bukan fantastis.

16. Dakwah itu mencerdaskan, bukan membodohkan.

17. Dakwah itu menawarkan solusi, bukan mengumbar janji.

18. Dakwah itu berlomba dalam kebaikan, bukan berlomba saling menjatuhkan.

19. Dakwah itu menghadapi masyarakat, bukan membelakangi masyarakat.

20. Dakwah itu memperbarui masyarakat, bukan membuat masyarakat baru.

21. Dakwah itu mengatasi keadaan, bukan meratapi kenyataan.

22. Dakwah itu pandai memikat, bukan mahir mengumpat.

23. Dakwah itu menebar kebaikan, bukan mengorek kesalahan.

24. Dakwah itu menutup aib dan memperbaikinya, bukan mencari-cari aib dan menyebarkannya.

25. Dakwah itu menghargai perbedaan, bukan memonopoli kebenaran.

26. Dakwah itu mendukung semua program kebaikan, bukan memunculkan keraguan.

27. Dakwah itu memberi senyum manis, bukan menjatuhkan vonis.

28. Dakwah itu berletih-letih menanggung problem umat, bukan meletihkan umat.

29. Dakwah itu menyatukan kekuatan, bukan memecah belah barisan.

30. Dakwah itu kompak dalam perbedaan, bukan ribut mengklaim kebenaran.

31. Dakwah itu siap menghadapi musuh, bukan selalu mencari musuh.

32. Dakwah itu mencari teman, bukan mencari lawan.

33. Dakwah itu melawan kesesatan, bukan mengotak-atik kebenaran.

34. Dakwah itu asyik dalam kebersamaan, bukan bangga dengan kesendirian.

35. Dakwah itu menampung semua lapisan, bukan memecah belah persatuan.

36. Dakwah itu kita mengatakan: “aku cinta kamu”, bukan “aku benci kamu”

37. Dakwah itu kita mengatakan: “Mari bersama kami” bukan “Kamu harus ikut kami”.

38. Dakwah itu “Biaya Sendiri” bukan “Dibiayai/Disponsori”

39. Dakwah itu “Habis berapa?” bukan “Dapat berapa ?”

40. Dakwah itu “Memanggil/Mendatangi” bukan “Dipanggil/Panggilan”

41. Dakwah itu “Saling Islah” bukan “Saling Salah”

42. Dakwah itu di masjid, di sekolah, di pasar, di kantor, di parlemen, di jalanan, hingga dimana saja, bukan hanya di pengajian.

43. Dakwah itu dengan “Cara Nabi” bukan dengan “Cara Sendiri”.[]

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

JK: “Meningkatkan Keimanan Tidak Dengan Caci Maki di Mimbar Dakwah”


Meski pemerintah tidak ingin mengatur substansi materi penceramah, Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, setidaknya apa yang disampaikan bukanlah cacian. Hal ini penting, karena menurut Kalla, masjid memiliki peran penting dalam membentuk pola pikir serta keimanan seseorang.

“Jangan ada maki-maki di masjid contohnya. Di luar lah kalau mau maki-maki,” kata Kalla saat membuka Rapat Kerja Nasional II Dewan Masjid Indonesia (DMI) Tahun 2016 di Istana Wapres, Senin (5/12).

Untuk itu, lanjut Kalla, perlu adanya penanaman hal positif yang diberikan setiap pengkhutbah dalam setiap dakwahnya.

“Bukan soal apa, karena meningkatkan suatu keimanan itu tidak dengan cara maki-maki. Karena itu lah dakwah yang baik tentu dakwah yang dari hati,” katanya.

Pada kesempatan itu, pria kelahiran Bone ini mengingatkan bahwa fungsi masjid juga harus diperluas, tak sekadar untuk kegiatan ibadah.

“Bagaimana meningkatkan peran masjid sebagai tempat sosial, pendidikan, dan kesehatan,” katanya.

Di mata Kalla, bertambahnya fungsi masjid berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Apalagi, masjid bisa menjadi jembatan dengan kegiatan sehari-hari masyarakat. Peluang itu bisa dilakukan karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim.

“Mudah berhubungan dengan masyarakat karena masyarakat yang mencari masjid,” katanya seperti dikutip tempo.co

Sasaran utama Rakernas DMI ialah konsolidasi di tingkat pimpinan wilayah. Sejumlah program unggulan yang tengah ditingkatkan, salah satunya penataan dan perbaikan akustik atau sound system masjid.

Adapun, langkah nyata untuk melebarkan fungsi masjid, DMI akan menggandeng lembaga pemerintah, seperti Badan Nasional Narkotika (BNN), Kementerian Sosial, dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Mereka akan membuat nota kesepahaman. Adapun Rakernas diikuti 150 peserta, yang terdiri atas perwakilan DMI dari 34 provinsi se-Indonesia. []

(Tempo/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Lagi, Doa Restu Gus Mus Iringi “Aksi Perlawanan” Warga Kendeng Rembang


Genap satu tahun lebih satu bulan silam, KH Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus mengunjungi tenda perjuangan warga di Rembang, Jawa Tengah. Tenda perjuangan itu didirikan sebagai simbol perlawanan para petani yang menolak operasi pembangunan pabrik semen dan penambangan batu karst sebagai bahan baku semen di wilayah mereka.

Menyambut baik kepedulian ulama kharismatik tersebut, mewakili Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), Joko Prianto kala itu menuturkan bahwa kedatangan Gus Mus merupakan salah satu bentuk dukungan atas perlawanan yang dilakukan warga desanya guna penyelamatan lingkungan atas dampak operasi semen di Rembang.


Seperti diketahui aksi warga menolak operasi dan penambangan karst yang dilakukan oleh PT Semen Indonesia Tbk, dengan mendirikan tenda itu sudah berjalan 1 tahun lebih.

“Kunjungan Gus Mus ke tenda perjuangan tolak pabrik semen hari ini, bisa diartikan sebagai pengaminan secara halus bahwa keberadaan pabrik semen menyalahi aturan fiqih karena membawa banyak dampak buruk bagi warga dan lingkungan,” kata Joko, Sabtu (28/11/2015) silam.

Dia mengungkapkan Warga Tegaldowo dan sekitarnya sendiri antusias menyambut kedatangan Gus Mus, yang juga dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Thalibin. Joko memaparkan kedatangan ulama tersebut dapat menyatukan seluruh elemen masyarakat untuk menyelamatkan lingkungan dari rencana operasional pabrik semen di kawasan itu.

Sumarno, salah seorang warga Desa Tegaldowo, menuturkan kedatangan Gus Mus memberikan dukungan moral, sangat berdampak besar bagi warga, terutama kaum ibu, yang masih bertahan di tenda tersebut.

“Kedatangan beliau hari ini memberikan dukungan moral yang besar bagi warga di tenda perjuangan tolak pabrik semen untuk melakukan perlawanan terhadap perusakan lingkungan,” kata Sumarno.

Setahun berlalu, kali ini warga Rembang kembali unjuk perlawanan dengan menggelar aksi Longmarch Kawal Kendeng dengan rute Rembang-Semarang, untuk mengawal Putusan PK MA (Mahkamah Agung) yang diajukan pihak PT Semen Indonesia Tbk, setelah gugatan petani Rembang dimenangkan oleh MA, berupa pencabutan izin pendirian pabrik semen milik pemerintah tersebut.

Seperti tertulis dalam rilis undangan kepada awak media, Senin-Jumat (5-9/12/2016) diperkirakan 300an orang peserta aksi akan mulai berjalan kaki dari titik kumpul di Tenda Perjuangan Gunung Bokong Rembang menuju Semarang melalui jalur pantura, melewati Pati dan Demak sebelum sampai di tujuan.


Hari ini, Senin (5/12/2016) sebelum pukul 08:00 WIB tampak ratusan massa berkumpul untuk menggelar doa bersama dan brokohan di seputar Tenda Perlawanan sebelum keberangkatan. Doa dan Brokohan itu dipimpin Mbah Mat, salah seorang warga Timbrangan.


Dalam perjalanan, massa aksi longmarch juga menyempatkan diri mampir di makam RA Kartini untuk menggelar Tahlilan. Dipimpin Ustaz Gufron, di makam Kartini warga berdoa, “Gusti paringono berhasil tujuane. Jejeg adile Kendeng”. Mereka memohon keberhasilan tujuan atas aksi mereka kali ini, yakni agar keadilan ditegakkan seadil-adilnya bagi warga Kendeng.


Dari makam Kartini, mereka melanjutkan perjalanan ke Dalem (rumah) Gus Mus di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, sebagai titik keberangkatan awal menuju Semarang.


Di Ponpes inilah mereka disambut Gus Mus selaku tuan rumah, yang ternyata sudah menyiapkan tenda besar mirip tenda acara pernikahan dengan ratusan deretan kursi sebagai tempat duduk bagi para tamunya. Di tempat itu warga dijamu secara istimewa, tak ubahnya tamu undangan hajat mantenan (pernikahan), lengkap dengan suguhan makan dan minum, tak terkecuali tausiyah dan doa restu Gus Mus sebelum mereka berangkat jalan kaki menuju Semarang.


Sambil keluar dari Dalem Gus Mus, beberapa peserta aksi tampak membagikan pamflet berisi sosialisasi terkait pembatalan izin pendirian pabrik semen di Rembang kepada para santri yang juga hadir mengiringi keberangkatan aksi longmarch tersebut.

Jika dalam membela kepentingan dan hajat hidup orang banyak yang tertindas dan merasa diperlakukan tidak adil oleh hukum dan kekuasaan, Gus Mus telah memberikan teladan nyata. Akankah para ulama dan jutaan umat yang beberapa waktu lalu turun ke jalan menggelar aksi Bela Islam demi tegaknya hukum bagi kasus penistaan agama, juga akan serentak ikut tergerak hati nuraninya berjuang bersama kafilah Kendeng yang juga menuntut keadilan yang sama?

(Awak-Media/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

GNPF – MUI Rencanakan Buka Cabang


Sejak Jum’at sore, peserta aksi 2/12 yang memadati Monas dan sekitarnya berangsur-angsur kembali ke tempat asalnya masing-masing. Keesokan harinya, sebagian massa dari Balikpapan yang berjumlah – menurut koordinatornya – seribu lebih itu, pulang melalui bandara Soeakarno-Hatta.

Menurut koordinator, Yudi, massanya terdiri 10 kelompok yang di antaranya: Laskar Sedekah, Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Balikpapan, komunitas Bebas Riba dan Bebas Hutang.

“Sebagian sudah pulang dan sebagian belum. Ini saya lagi di perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta mengantar kawan-kawan sebanyak sembilan orang ingin pulang ke Balikpapan,” kata Yudi, saat dihubungi Balikpapan Pos melalui telepon selulernya, Sabtu (3/12)

Selain ormas, ada juga perwakilan masjid di Balikpapan yang mengirim jama’ahnya, seperti Masjid Istiqomah, Namirah, Al-Ikhwan dan lain-lain. Mereka mengirim peserta aksi ke Monas lebih dari lima orang. Adapun yang berangkat secara pribadi, jumlahnya juga cukup banyak.

“Jadi kalau kita jumlah se-Kaltim bisa mencapai 10 ribu orang yang berangkat ikut aksi 212 di Jakarta,” katanya.

Dia mengungkapkan, peserta dari Balikpapan berangkat ke Jakarta secara berkelompok dan sembunyi-sembunyi.

Ada yang berangkat dengan penerbangan melalui jalur Surabaya, Yogyakarta dan Banjarmasin.

“Jadi mereka berangkatnya ketakutan, kayak tertekan,” akunya.

Dia mengatakan, seluruh perserta aksi dari Balikpapan rencananya akan melakukan pertemuan khusus untuk membentuk suatu paguyuban.

“Saya sudah berkoordinasi langsung dengan Habib Rizieq serta ustaz-ustaz yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI). Kita rencananya akan buka cabang GNPF-MUI di Balikpapan,” katanya.[]

(Balik-Papan-Pos/JPNN/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Dicap Beda Tangani Kasus Ahok, Ketua KPK: Kapolri Sudah Minta Maaf, Itu Saja


Saat aksi Super Damai 212 di Silang Monas, Jakarta Pusat, Jumat (2/12/2016) lalu, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian sempat menyampaikan pidato. Terkait proses hukum Ahok, Tito menegaskan bahwa dua hari sebelumnya berkas perkara termasuk tersangka sudah dilimpahkan ke Kejaksaan Agung. Sehari sebelumnya, tepatnya Kamis (1/12/2016) berkas perkara juga sudah dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

Lebih lanjut, kepada jutaan massa aksi 212 kala itu, Tito mengatakan bahwa proses hukum Ahok terus berjalan. Ahok, kata Tito, sudah beberapa kali diperiksa oleh KPK namun tak pernah jadi tersangka. Namun, ketika ada kasusnya yang ditangani Polri, terbukti Ahok bisa jadi tersangka.

“Bayangkan beberapa kali juga diperiksa KPK tidak bisa jadi tersangka. Tapi, setelah ditangani Polri, sudah jadi tersangka. Proses hukumnya terus berjalan,” kata Tito.

Ditanya tentang statemen Kapolri yang sepintas mengesankan bahwa Polri lebih hebat daripada KPK dalam menangani kasus-kasus yang menimpa Ahok, Ketua KPK Agus Rahardjo menyebut bahwa seusai aksi, Kapolri Jenderal Tito Karnavian telah meminta maaf kepadanya soal pernyataan ketika aksi 2 Desember itu.

“Tadi Pak Kapolri sudah minta maaf sama saya mengenai statemennya itu. Sudah itu saja,” kata Agus di kantornya, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (2/12/2016).

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Berbagi Tak Perlu Menunggu Lapang, Kisah Tukang Donat Dermawan di Aksi 212


Terlepas setuju atau tidak pada motivasi dan alasan di balik perhelatan aksi Super Damai 212, tetap saja ada hikmah yang bisa dipetik jika kita mau mengambil pelajaran berharga dalam setiap peristiwa.

Satu hal yang mesti diakui, faktanya, aksi massa terbesar sepanjang sejarah di Republik Indonesia tercinta yang diikuti lebih lima juta orang itu telah berjalan aman, tertib dan damai sebagaimana yang diharapkan oleh banyak pihak, terutama aparat keamanan dan tak terkecuali sebagian kaum Muslimin di Tanah Air.

Ada sejumlah kisah yang tersisa dari Aksi Super Damai 212 di silang Monumen Nasional, Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat tersebut.

Salah satunya, kisah tukang donat yang membagikan dagangannya secara gratis kepada para peserta aksi damai tersebut.

Seperti dituliskan pemilik akun FB bernama Cahyana Puthut Wijanarka, lantaran keikhlasannya membagikan donat dagangannya, pria bertopi dan berpakaian serba hitam tersebut mendapat rezeki yang tak diduga-duga.

Berikut kisah Tukang Donat Dermawan 212 seperti ditulis Cahyana dan belakangan sontak viral di dunia maya tersebut:

Tukang donat ini tiba-tiba saja di depan saya. Langsung berkata “Donat gratis Pak…. Bu…., halal… halal…..”

Dalam sekejap donat ini habis terbagi kepada jamaah aksi 212 yang melaluinya. Setiap jamaah yang mendapat donat gratis nampak kagum dengan keikhlasan sang penjual donat.

Namun saya amati setiap kali menerima donat para jamaah melesakkan sesuatu ke saku celana sang penjual donat.

Saya mendekati si abang yang merapikan kotak dagangan sambil menghitung uang yang dia terima dari ‘paksaan’ jamaah yang diberi donat secara cuma-cuma.

Matanya tampak berkaca-kaca menghitung lembaran uang yang rata-rata adalah pecahan seratus ribu dan beberapa lima puluh ribuan.

“Ya Allah, dua juta seratus,” ucapnya lirih.

Saya tertegun melihat hidangan pertunjukan Allah yang luar biasa.

Satu orang pedagang donat keliling yang pasti secara ekonomi bukan dalam kategori berkecukupan, memiliki keikhlasan yang luar biasa.

Allah mempertemukannya dengan orang-orang baik yang mudah sekali bersedekah.

Pedagang donat yang sehari-hari berdagang donat di monas dengan nilai dagangan tidak lebih dari dua ratus ribu mendapatkan uang lebih dari dua juta hari ini.

“Berbagi tak harus menunggu lapang”

“Orang baik bertemu orang baik” – 2 Desember 2016

***

Semoga kita mampu meneladani perilaku mulia tukang donat polos nan dermawan tersebut, meski kita tak pernah mengenalnya. Meski dia sendiri pun bisa jadi tak pernah menyangka bahwa selain berkah rezeki tak terduga, kisah keikhlasannya ini pun bisa menjadi cermin introspeksi diri bagi sesama anak bangsa.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Didaulat Orasi Kebangsaan, Ketua MPR Zulkifli Hasan Singgung Soal Penistaan Agama


Selain NU dan Muhammadiyah, mungkin tak banyak kaum Muslimin di Indonesia yang familiar dengan ormas Islam bernama Al Jam’iyatul Washliyah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Al-Washliyah saja.

Sekadar diketahui, Al Jam’iyatul Washliyah merupakan organisasi Islam yang lahir pada 30 November 1930 dan bertepatan dengan 9 Rajab 1349 H di kota Medan, Sumatera Utara. Ormas Islam ini lahir ketika bangsa Indonesia masih dalam masa penjajahan Hindia Belanda (Nederlandsh Indie). Sehingga para pendiri Al-Washliyah ketika itu turut pula berperang melawan penjajah. Tak sedikit para tokoh Al-Washliyah yang ditangkap Belanda dan dijebloskan ke penjara.

Tujuan utama berdirinya organisasi Al Washliyah ketika itu adalah untuk mempersatukan umat yang berpecah belah dan berbeda pandangan. Perpecahan dan perbedaan tersebut merupakan salah satu strategi Belanda untuk terus berkuasa di bumi Indonesia. Oleh karena itu, Organisasi Al-Washliyah turut pula berperan dalam upaya meraih kemerdekaan Indonesia dengan menggalang persatuan umat di Tanah Air, khususnya di bumi Sumatra.

Penjajah Belanda yang menguasai bumi Indonesia terus berupaya agar bangsa Indonesia tidak bersatu, sehingga mereka terus mengadu domba rakyat. Segala cara dilakukan penjajah agar rakyat berpecah belah. Karena bila rakyat Indonesia bersatu maka dikhawatirkan bisa melawan pejajah Belanda.

Tahun ini, dalam memperingati hari ulang tahunnya yang ke-86, Al-Washliyah mengundang Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Zulkifli Hasan untuk hadir memberikan Orasi Kebangsaan.

Sebagai wujud apresiasi dan dukungan kepada organisasi Islam tersebut, Zulkifli meluangkan waktunya untuk hadir dan memenuhi undangan.

Acara peringatan HUT ke-86 Al Jam’iyatul Washliyah berlangsung pada Jumat (2/12/2016) malam di Teater Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Pada acara tersebut, Zulkifli didaulat membawakan orasi kebangsaan terkait Empat Pilar MPR RI.

Saat berorasi, Zulkifli banyak berbicara tentang Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara. Menurutnya, Pancasila sudah ada dalam diri umat Islam Indonesia. Para pendiri bangsa terdahulu mencetuskan Pancasila berdasarkan dua landasan, yaitu nilai-nilai keagamaan yang dianut rakyat Indonesia dan nilai-nilai keindonesiaan yang dimiliki setiap individu.

Dalam Pancasila, ada sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Oleh karena itu, sikap dan perilaku pemimpin maupun rakyat Indonesia harus mencerminkan sila tersebut.

“Aksi super damai tanggal 2 Desember kemarin adalah implementasi rasa Ketuhanan yang sangat tinggi. Saya terharu sekaligus bangga sebagai umat Islam Indonesia. Luar biasa sekali. Indah sekali, mereka membela agamanya dengan ibadah, kedamaian dan keramahan. Mereka tunjukan bahwa ramah bukan berarti lemah dan bukan bukan berarti bisa seenaknya diinjak-injak,” katanya.

Diungkapkan Zulkifli, umat Islam sekaligus peserta aksi damai adalah rakyat yang Pancasilais, karena mereka berperilaku dan bertindak sesuai dengan Pancasila.

Sebaliknya, menurut Zulkifli, orang yang tidak Pancasilais adalah orang yang menistakan agama. Sebab, Pancasila mengajarkan masyarakat untuk saling menghargai perbedaan ajaran agama dan keyakinan.

Persatuan dan kesatuan tentu akan terusik jika ada salah satu pihak yang melakukan penistaan terhadap agama. Zulkifli juga berpendapat bahwa hal yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bukanlah aksi menuntut penegakan hukum, melainkan individu yang melakukan penistaan agama.

Ia melanjutkan pembahasan ke sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia”. Sila tersebut mengimbau seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk bersatu dan membela satu sama lain. Dengan kata lain, jika ada individu atau kelompok yang tidak mendapatkan haknya sebagai warga negara, maka pemerintah harus memastikan hak itu terpenuhi. Begitu pula dalam mengambil tindakan, pemerintah harus mengedepankan kepentingan rakyat.

“Kepentingan rakyat harus diutamakan. Misalnya, soal tenaga kerja. Kita harus mementingkan menyerap tenaga kerja Indonesia, jangan asing, karena itu tidak sesuai Nasionalisme. Begitu juga dengan kekayaan alam. Bung Karno pernah bilang, kalau kalian belum bisa menggali tambang kekayaan alam Indonesia, tunggulah sampai anak cucu kita bisa. Itulah Nasionalisme kepentingan rakyat yang tidak bisa dikompromi. Semua untuk kesejahteraan rakyat,” tegas Zulkifli.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ceramah Maulid, Kang Said Sebut Rasulullah Teladan Pluralisme dan Kebhinnekaan


Dalam acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di halaman Gedung PBNU, Jakarta Pusat Sabtu (3/12/2016) malam, Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siradj menjelaskan bahwa lima belas abad yang lalu, Rasulullah Muhammad SAW telah menampakkan teladan kehidupan penuh kebhinnekaan dan penghargaan tinggi atas keniscayaan pluralisme. Itu terbukti dengan bersatunya kaum Muhajirin pendatang dari Mekkah dengan kaum Anshar di kota Yatsrib.

Yatsrib adalah sebuah kota yang didirikan oleh Yatsrib bin Laum bin Syam bin Nuh. Kota yang di kemudian hari lebih dikenal dengan nama Madinah. Di kota tersebut, Rasulullah dan pengikutnya mendapati kehidupan masyarakat yang majemuk. Ada Muslim pendatang bersama Rasulullah yang disebut Muhajirin, ada pula penduduk beragama Nasrani, Yahudi, dan Majusi. Sementara penduduk asli Yatsrib, menurut Ketua Umum PBNU tersebut terdiri dari dua suku, yaitu Aus dan Khajraj. Watak mereka inilah yang digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai penduduk yang menerima dengan lapang dada para pendatang.

“Karakter Muhajirin adalah orang-orang yang hijrah meninggalkan tanah kelahirannya sampai rela menjadi miskin. Muhajirin meninggalkan kekayaan dan jabatannya. Apa yang dicari? Mereka mencari fadhal (keutamaan) dan ridha Allah,” terang pria yang akrab disapa Kang Said itu, mengutip ayat Al-Qur’an.

“Orang-orang yang menyiapkan mental, tempat tinggal, fasilitas, menerima, dan menyambut kedatangan Muhajirin. Orang pribumi memiliki rumah empat kamar. Mari separoan. Memiliki kebun empat hektare ayo separoan. Binatang ternak juga separoan. Hatinya mencintai Muhajirin tanpa pamrih, tanpa tendensi apa-apa,” kisah Kiai asal Cirebon itu. “Itulah watak mulia dan karakter penduduk Yatsrib, yang sangat mendahulukan kepentingan Muhajirin. Penduduk yang karena berwatak seperti itu, disebut Rasulullah sebagai kaum Anshar.”

Begitulah penduduk kota Yatsrib pada masa itu sesungguhnya terdiri dari banyak kelompok, agama dan suku berbeda-beda, namun semua tetap bisa hidup damai dalam kebersamaan.

“Karena itu, Rasul sampai mengeluarkan seruan, bahwa Muslim pendatang, Muslim pribumi, non-Muslim, asalkan satu visi, satu misi, satu perjuangan, satu prinsip, sesungguhnya semua itu adalah satu umat,” tambah Kang Said menunjukkan bahwa teladan itu sudah coba diterapkan Rasulullah pada masanya dan terbukti berhasil. Bahkan hingga terbangun konstitusi modern, padahal saat itu belum ada Amerika, belum ada PBB.

“Konstitusi negara Madaniyah itu pun tidak berdasarkan pada agama, suku, atau etnik. Bukan pula negara Islam, bukan negara Arab. Tetapi negara Madaniyah dibangun berdasarkan penegakan kebenaran, kebersamaan, keadilan. Yang benar dilindungi, tidak pandang agamanya apa, sukunya apa,” lanjutnya.

Semangat inilah yang menurutnya harus dikembangkan oleh para Kiai dan ulama di Tanah Air. Semangat yang sama sebagaimana telah dikuatkan dalam Muktamar NU di Banjarmasin pada tahun 1936 dan kemudian menjadi semangat NU dalam kehidupan beragama dan bernegara dengan prinsip “Hubbul wathan minal iman” yang bermakna “menjaga Tanah Air adalah bagian dari iman”.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Cak Nun: Agama Mayoritas Itu Bernama Globalisasi


Saat hadir dalam acara Sinau Bareng dengan tema Budaya Lingkungan Hidup di IAIN Surakarta akhir November lalu, mengawali paparannya Cak Nun mengajak hadirin lebih sadar tentang dampak globalisasi dan kapitalisme global yang saking dahsyatnya, bahkan dapat menghancurkan kedaulatan budaya, negara dan bangsa.

“Kalau bisa ada ekstra pembelajaran atau penelitian, meskipun tidak harus menjadi ekstrakurikuler. Anda tak bisa hidup dengan fokus Anda sendiri, Anda harus hidup peduli dengan tema atau fokus hidup bersama. Harus rajin berlatih asosiasi, intelektual dan emotif-emosional. Itulah thariqat ilmiah. Jika dilihat dari keputusan-keputusan yang diambil, manusia yang beragama itu tak lebih dari sepuluh persen, demikian juga dengan umat Islam yang beragama Islam itu paling sepuluh persen. Agama mayoritas sekarang ini, yang dianut adalah globalisasi,” terang Cak Nun memberikan titik pijak sudut pandang.

“Anda melakukan sesuatu disadari atau tidak, keputusan atasnya ditentukan oleh globalisasi. Anda dibuat suka beli, suka ke mall. Anda dibikin berpikir hanya segaris saja dan tidak multigaris. Itulah globalisasi. Jika dulu di warung, orang makan dulu baru bayar. Sekarang, di mall atau tempat lain, Anda bayar dulu baru makan. Globalisasi bermuatan kecurigaan dan ketidakpercayaan kepada orang lain. Tidak ada suasana iman. Diputuslah hubungan kepercayaan,” paparnya lebih lanjut.

Ketika dulu warung mempersilakan pembeli makan dulu baru bayar, bahkan saat mereka mengambil lauk-pauk tak diamati, itu dikarenakan filosofinya bukan jualan, melainkan menjalankan kehidupan dan budaya dengan jalan buka warung. “Itu sebabnya Budaya Lingkungan Hidup yang menjadi tema malam ini sangat relevan,” respons Cak Nun.

Hadir di tempat yang sama, selaku tuan rumah, Rektor IAIN Surakarta Dr. Mudhofir mengemukakan latar belakang tema yang diangkat malam itu dengan mendeskripsikan masa depan manusia yang dilingkupi oleh ledakan penduduk, kerusakan lingkungan, kehancuran pangan, berkurangnya daya tampung bumi, dan lain-lain akibat filosofi yang salah atas alam oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan perilaku sebagian manusia. Dampaknya, alam kerap dikendalikan sekadar hanya untuk kepentingan memenuhi hasrat keserakahan sekelompok orang, meniadakan kearifan berbagi dan menyebabkan masa depan manusia dipenuhi beragam ancaman.

Dalam konteks inilah agama Globalisasi yang disampaikan Cak Nun sangat berhubungan dengan gejala-gejala yang disebut Pak Rektor. Agama globalisasi yang salah satu wujudnya adalah kapitalisme global itulah yang potensial menghancurkan kedaulatan negara dan menjadikannya lemah tak berdaya.

Malam itu Cak Nun juga benar-benar mengajak para mahasiswa yang hadir lebih berkonsentrasi dan konstan berpikir. Penjelasan tentang Globalisasi dan tahap-tahapnya yang berjalan hingga hari ini bahkan diperkaya dengan menyitir tafsir lain atas nubuat Ajisaka sebagaimana dikemukakan Ki Ronggowarsito, seorang pujangga Jawa yang pernah menyebut suatu masa bernama Kalabendu. Yakni masa ketika akan terjadi keadaan “Cino gari sakjodo, Jowo gari separo, Londo gela-gelo.”


Apa maksud dari nubuat tersebut?

Tafsir lain yang belum jamak didengar ini menuturkan bahwa maksud Cino gari sakjodo adalah orang Cina tinggal satu pasangan. Laki-laki dan perempuan. Tapi jumlahnya bisa saja menjadi sangat banyak, karena dari sakjodo tadi memungkinkan reproduksi dan melahirkan keturunan dalam jumlah yang banyak.

Sedangkan Wong Jowo gari separo bisa berarti tidak lengkap, tidak satu pasangan. Hanya perempuan saja, atau laki-laki saja. Sehingga pilihannya akan kawin dengan orang dari kelompok yang tinggal sakjodo tadi, sehingga habislah kedaulatan antropologis manusia Jawa.

Cak Nun tidak memastikan hal tersebut benar sebagai tafsir, melainkan menghubungkannya dengan kemungkinan akibat penjajahan globalisasi atas bangsa Indonesia ini. Kemungkinan itu bernama goro-goro yang mengakibatkan keadaan seperti digambarkan kalimat nubuat “Wong Cino gari sakjodo, Wong Jowo gari Separo” itu.

Kebijakan-kebijakan negara yang mempersilakan globalisasi masuk merusak dan menjajah, dalam bahasa yang lain kata Cak Nun, dapat dibaca sebagai menabung dendam. Itulah globalisasi yang intinya bermuatan pasar bebas tanpa keseimbangan dan absennya peran negara dalam melindungi warganya. Globalisasi semacam itulah yang sangat berpotensi meluluhlantakkan kedaulatan budaya, negara dan bangsa. Tak terkecuali budaya, negara dan bangsa Indonesia.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Survei: Di Indonesia Timur, 114 Siswa SMA Siap Lakukan Bom Bunuh Diri


Balai Penelitian Agama (Balitbang) Makassar merilis hasil survei yang menyebutkan 114 atau 10,4 persen siswa SMA di kawasan Indonesia Timur siap melakukan aksi bom bunuh diri sebagai bentuk perjuangan penegakan agama Islam (jihad). Survei ini melibatkan sebanyak 1100 responden itu dilakukan di lima kota di Indonesia Timur, yaitu Ambon, Palu, Kendari, Makassar dan Samarinda.

“Temuan riset ini patut diberi perhatian yang cukup serius. Mengingat kelompok radikal tidak terlalu membutuhkan banyak orang untuk menjalankan aksinya,” kata Saprillah ketika menyampaikan hasil penelitianya di Kantor Balai Litbang Agama Kota Makassar, seperti dilaporkan seputarsulawesi.com (6/10).

Di wilayah Makassar, sebanyak 22 siswa SMA menyatakan siap melakukan aksi bom bunuh diri. Lima orang di antaranya menyatakan diri sangat bersedia melakukannya, sementara 17 orang lainnya hanya menyatakan bersedia.

Saprillah mengatakan, tujuan survei itu dilakukan untuk menemukan potensi radikalisme agama di berbagai sekolah di Indonesia Timur. Meski sebagian besar siswa masih tidak menyukai tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama, namun bibit radikalisme di temukan di setiap sekolah.

“Bibit radikalisme berbasis agama ditemukan di setiap sekolah. Olehnya itu, ke depannya, perlu ada kampanye agama damai dilakukan di sekolah-sekolah, untuk menekan penyebaran paham radikalisme ini,” katanya

Di sisi lain, menurut survei Kementerian Komunikasi dan Informatika serta UNICEF Indonesia pada 2014, kurang-lebih 43,5 juta anak dan remaja berusia 10-19 tahun di Indonesia adalah pengguna Internet. Artinya, kata Peneliti Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat UIN Jakarta – Abdallah, dunia digital sudah menjadi kebutuhan yang tak terelakkan.

“Pada titik ini, kebenaran tampak kabur di tengah riuhnya wacana yang terus dilempar ke ruang publik bak buih di tengah hamparan samudera yang mahaluas,” katanya seperti dikutip tempo.co, 13/9.

Anak muda yang menjadi sasaran adalah anak-anak SMP dan SMA yang sedang dalam proses pembentukan kepribadian. Tidak tertutup kemungkinan anak-anak ini mencari pemahaman agama secara liar, apalagi jika mereka tidak mendapatkan bimbingan atau pemahaman agama dari orang tuanya, gurunya atau ustadznya.

Hasil riset lain, lanjut Abdallah, menemukan bahwa paham intoleransi keagamaan masih ditemukan melalui penyajian buku ajar di sekolah yang kurang mengedepankan aspek dialogis. Misalnya, di antara aspek dialog yang perlu dilakukan soal apa dan siapa itu kafir, musyrik, munafik hingga penjelasan tentang Islam ‘rahmatan lil ‘alamin’. []

(Seputar-Sulawesi/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Membendung Sektarianisme


Oleh: Azyumardi Azra
Adanya mazhab atau aliran pemahaman dan pengamalan Islam adalah keniscayaan—Sunnatullah. Sebab itu, pertengkaran, konflik, apalagi perang sesama Muslim dan juga dengan non-Muslim merupakan penolakan (kufur) terhadap Sunnatullah.

Meski jelas-jelas Al-Qur’an melarang fanatisme mazhab atau aliran agama (‘ashabiyah) atau partisan politik (hizbiyah) yang sering meningkat menjadi sektarianisme menyala-nyala, tetap saja ada kaum, kelompok, aliran atau mazhab yang tidak peduli. Sejak masa pasca-Nabi Muhammad SAW sudah muncul aliran dan kelompok seperti itu, yang bahkan menjadi pola dasar (prototype) paham dan gerakan radikal di masa moderen-kontemporer.

Kalangan Muslim dengan sektarianisme membakar, juga tidak mau belajar dari sejarah. Mereka tidak hanya membangun justfikasi teologis-doktrinal untuk membenarkan sektarianisme bernyala-nyala itu, sekaligus pula selalu mengulangi aksi kekerasan sektarian.

Hasilnya, pemikiran Islam hampir selalu diwarnai pertengkaran dan klaim kebenaran sejak zaman baheula sampai sekarang. Merupakan realitas historis, perdebatan pascaperang Siffein (Shafar 37M/Juli 657M), lengkap dengan paradigma Khawarij berupa takfir, hijrah dan jihad terhadap sesama Muslim yang tidak sepaham dan sealiran. Kini berbagai kelompok ‘neo-Khawarij’ mengadopsi paradigma dengan aksi kekerasan yang sama.

Ironi dan tragedi umat Islam akibat sektarianisme bernyala-nyala menjadi perbincangan hangat dalam Seminar Antarabangsa ‘Islam Tanpa Sekte’, atau lebih tepat ‘Islam Tanpa Sektarianisme’. Seminar yang diselenggarakan Islamic Renaissance Front (IRF, Kuala Lumpur 11/9/2016) menghadirkan pembicara; al-Fadhil Ustadz Abdul Ghani Shamsuddin, Pengurusi al-Uttihad al-‘Alam li al-‘Ulama’ al-Muslimin, dan tiga akademisi, Chandra Muzaffar, Karim Douglas Crow, Syed Farid Alatas dan penulis Resonansi ini.

Chandra Muzaffar melihat sektarianisme yang terus menimbulkan gejolak di Dunia Arab karena adanya kuasa asing seperti Amerika Serikat, Israel, Uni Soviet (kini Rusia), dan Turki yang juga ikut bermain. Kepentingan geo-politik dan geo-ekonomi berbagai kuasa asing membuat kawasan ini selalu menjadi kancah persaingan dan pertarungan.

Selanjutnya,persaingan kuasa di antara Arab Saudi dan Iran yang selain bersumber dari kepentingan politik dan kekuasaan regional juga terkait dengan sektarianisme antara Wahabi versus Syi’ah. Chandra menolak anggapan, pertarungan di antara kedua negara sebagai sepenuhnya ‘hasil konspirasi’ di antara kuasa-kuasa asing yang bermain di Timur Tengah.

Sedangkan Farid Alatas melihat ‘punca’ (sumber) kekisruhan, konflik dan kekerasan di antara umat Islam di Dunia Arab dan kawasan lain adalah kalangan kaum Muslimin sendiri. Ia melihat sejak masa pasca-Nabi, sudah ada kelompok Muslim yang mudah terpengaruh pada propanda dan provokasi internal untuk melakukan kekerasan terhadap orang dan kelompok Muslim lain yang berbeda.

Karim Crow berpandangan sama; akar pertikaian dan konflik di kalangan umat Islam sudah 1400 tahun. Karena itu pertikaian sektarianisme sudah menjadi psike banyak kalangan umat Islam. Kebencian sektarian paling dominan dalam psike tersebut sehingga dengan cepat mendorong para pengikutnya yang bertentangan untuk saling bunuh. “Ditambah struktur sosial dan pemerintahan yang gagal, negara-negara Arab kini menemui jalan buntu”, kata dia.

Jika keadaannya demikian akut dan teruk, kalau Islam dan kaum Muslimin ingin berjaya baik di dunia maupun akhirat, tidak ada cara lain kecuali membendung dan mengendalikan sektarianisme bernyala-nyala itu. Mazhab dan aliran memang tidak bisa dihilangkan sama sekali, tetapi dapat dicegah menjadi tak terkontrol dan akhirnya menghancurkan diri sendiri (self destruction).

Bagaimana cara membendung sektarianisme supaya tidak meluap-meluap? Penulis Resonansi ini dalam perbincangan itu menyarankan: pertama, umat Islam yang berbeda aliran baik intra-Sunnah maupun antara Sunni dan Syiah perlu lebih sungguh-sungguh dan lebih tulus dalam usaha taqrib al-madhahib—rekonsiliasi dan islah antar mazhab.

Upaya ini, yang misalnya pernah dan masih diusahakan al-Azhar dan juga ditegaskan kembali dalam ‘Pesan Amman’2013, belum membuahkan hasil banyak. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir sektarianisme intra-Sunni, intra-Syi’ah dan antar-Sunni-Syiah malah kian meruyak, mendegradasi citra Islam dan kaum Muslim secara keseluruhan.

Kedua, secara simultan perlu pengembangan dan penguatan pemahaman dan pengamalan Islam wasathiyah. Hanya dengan Islam wasathiyah, Islam dan kaum Muslim dapat tampil secara tawasuth, tawazun, dan ta’adul. Hanya dengan Islam wasathiyah, kaum Muslimin dapat mengembangkan budaya toleransi (tasamuh), dan damai (salam) baik sesama Muslim maupun dengan non-Muslim.

Hanya dengan budaya religio-sosial dan politik damai, Islam dan kaum Muslim punya masa depan. Jika tidak, kaum Muslim terus terjerambab ke dalam abyss atau yang disebut Buya Syafii Maarif sebagai ‘limbo sejarah’, lubang dalam yang gelap di masa lalu, masa kini dan masa depan. []

(Republika/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Minggu, 04 Desember 2016

Unggah Foto Tanpa Hijab, Perempuan Ini Dituntut Untuk Dieksekusi


Para netizen di Arab Saudi menyerukan otoritas negara itu untuk mengeksekusi seorang wanita setempat yang mengunggah foto tanpa memakai abaya atau jilbab ke media sosial Twitter.

Beberapa netizen bahkan bereaksi ekstrem ketika melihat gambar yang diunggah akun @Malak Al Shehri di Twitter, yang tampaknya dipotret di Riyadh, ibu kota Arab Saudi.

Seorang netizen meluapkan kemarahannya dengan berkicau, “Bunuh dia dan lemparkan mayatnya untuk anjing-anjing.”

Sejak komentar-komentar keras dan ekstrem muncul, akun Malak Al Shehri pun telah dihapus, sebagaimana dilaporkan The Independent, Jumat (2/12/2016).

Namun, seorang mahasiswa tanpa nama, yang menggunggah kembali foto wanita itu berkicau bahwa Al Shehri tak mengenakan abaya atau hijab saat keluar untuk sarapan sehari sebelumnya.

Mahasiswa pengunggah foto perempuan itu mengatakan, ia pun mendapat ancaman mati setelah mengunggah foto itu sebagai bukti untuk merespons para pengikut yang meminta ia agar menunjukkan gambar perempuan tersebut.

“Ada banyak orang me-retweet dan mereka menjadi sangat ekstrimis, dia mendapat ancaman," kata mahasiswa. "Dia menghapus tweet, tapi komentar tidak berhenti, jadi dia menghapus akunnya."

Sebuah kicauan yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berbunyi, “Kami menuntut pemenjaraan pemberontak Angel Al Shehri”, dan itu menjai viral.

Salah satu netizen menulis, “kami menginginkan darah”. Sementara yang lain menuntut sebuah “hukuman yang keras karena situasi yang keji ini”.

Namun, beberapa netizen lainnya di Arab Saudi bahkan memberikan dukungan atas tindakan wanita itu. Kontroversi muncul di tengah eskalasi untuk mengakhiri larangan perempuan untuk mengemudi.

Arab Saudi satu-satunya negara di bumi ini yang masih melarang perempuan mengemudi, tetapi ada anggota keluarga kerajaan yang mulai mengusulkan agar larangan itu dicabut.

(The-Independent/Kompas/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Keutamaan Shalawat Kepada Rasulullah saww dan Ahlul Baytnya


Rasulullah saww bersabda “setiap doa itu tertahan kecuali dengan membaca shalawat kepada Muhammad saww.”

Shabestan News Agency, pada kenyataannya, riwayat-riwayat Islam menyebutkan kedudukan luar biasa shalawat kepada Rasulullah saww, baik dalam kitab-kitab Syi’ah maupun Ahlusunnah menyebutkan tentang pahala luar biasa amalan ini.

Amirul Mukminin Ali as bersabda “dengan membaca shalawat kepada Rasulullah saww, dosa-dosa akan terhapus, seperti air memadamkan api, dan mengucapkan salam kepada Rasulullah saww lebih utama dari pada membebaskan budak.”

Rasulullah saww bersabda “setiap doa itu tertahan kecuali dengan membaca shalawat kepada Muhammad saww.”

Dalam sebuah haditsnya, Imam Muhamad Baqir as juga bersabda “dalam timbangan (di hari Kiamat) tidak ada amalan yang lebih berat selain shalawat kepada Muhammad saww dan keluarganya.”

Rasulullah saww juga pernah mengatakan “bershalawatlah kalian kepadaku, karena dengan bershalawat kepadaku merupakan zakat kalian kepadaku.”

Rasulullah saww juga bersabda “pada saat hari Kamis tiba, Allah swt mengutus malaikat yang ia membawa lembaran-lembaran dari perak dan pena-pena dari emas, mereka akan menulis orang-orang yang banyak membaca shalawat kepadaku di hari Kamis dan pada malam Jum’at.”

Beliau saww juga bersabda “Jibril baru saja mengabarkan sesuatu yang luar biasa kepadaku”, Imam Ali as berkata “apa yang terjadi wahai Rasulullah?, beliau saww bekata “ia memberitahukan kepadaku bahwa jika salah satu dari umatku membaca shalawat kepadaku kemudian dibarengi dengan shalawat kepada Ahlul Baytku, maka pintu-pintu langit akan terbuka lebar, dan para malaikat jug akan bershalawat kepadanya sebanyak 70 kali, dan jika termasuk seorang pendosa maka dosa-dosanya akan berguguran seperti halnya daun-daun berjatuhan dari pohon.”

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Muqawamah Yaman, Kisah Rakyat Yang Enggan Menyerah


Kisah derita rakyat Yaman adalah kisah sejarah yang senantiasa berulang kembali. Sejarah yang telah mencatat kejahatan Al Saud atas rakyat Yaman yang selalu mengalami kegagalan total.

Dilansir Al-Wa’y News, medan tempur Yaman tidak bisa ditelaah dengan metode politik tertentu.

Sejarah sedang menorehkan istiqamah rakyat Yaman dan memaksa dunia untuk menerima peran mereka. Mengisahkan kejayaan mereka tidak mungkin terungkap jelas tanpa memaparkan keberanian mereka.

Hakikat istiqamah rakyat Yaman adalah sebuah kejayaan yang disertai keberanian.

Sekarang, percaturan perang Yaman telah berubah. Arab Saudi sebagai pihak agresor dan penyulut perang ini sekarang sedang mencari jalan untuk berdamai dengan rakyat Yaman. “Semangat distruktif” telah berubah menjadi “semangat pasrah menyerah”.

Rakyat Yaman telah menghaturkan seluruh jiwa raga mereka dan sekarang berhasil membuktikan kekuatan mereka dalam melawan koalisi regional dan internasional dengan semangat muqawamah. Rakyat Yaman berhasil menyetir angin dan memanfaatkan pertahanan mereka dalam melawan Arab Saudi.

Di arena politik, rakyat Yaman berhasil mengkoordinasi partisipasi rakyat dan memaksakan gencatan senjata dengan menetapkan syarat Arab Saudi harus menghentikan agresi.

Dalam setiap kesempatan politik, rakyat Yaman berhasil tampil sebagai pemenang dan memanfaatkan kesempatan yang ada.

Pertama, mereka membentuk dewan politik sebagai kunci pembentukan Pemerintahan Penyelamat Yaman.

Kedua, melahirkan Pemerintahan Penyelamat Rakyat Yaman. Menurut para analis, penundaan kinerja pemerintahan telah menguntungkan Yaman. Karena dengan ini, mereka bisa memaksakan opsi-opsi yang mereka canangkan terutama setelah Arab Saudi kalah dalam perang Aleppo.

(Al-Wa’y-News/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ayatullah Gorgani: Wujud Imam Zaman afs, Manifestasi Kuasa Ilahi


Imam Baqir as mengatakan “maksud dari bintang yang tersembunyi dan terbenam ialah wujud suci Imam Zaman afs, dimana para manusia menjadi bingung karena tersembunyinya Imam Mahdi afs.

Shabestan News Agency, dilansir dari Masjid Jamkaran, dalam sebuah acara yang dilangsungkan kemarin di Masjid Jamkaran, Ayatullah Muhammad Ali Alawi Gorgani, menjelaskan bahwa Imam Makshum as selalu menekankan bahwa “Imam Zaman afs akan menyelamatkan manusia dari kebingungan dan kebimbangan.

Dengan begitu sudah semestinya di zaman sekarang ini, untuk menyelamatkan umat manusia dari kebingungan dan kebimbangan, kita melakukan kegiatan-kegiatan dakwah, kebudayaan dan mengenalkan Imam Zaman afs kepada mereka semua, sehingga mereka bisa semakin dekat dengan Imam Zaman afs, jelas Ayatullah Gorgani.

Marja’ taklid Syi’ah ini menambahkan, dalam Al-Qur’an surat At-Takwir ayat 15-16 disebutkan “Aku bersumpah demi bintang-bintang, yang beredar dan terbenam. Dalam menjelaskan ayat ini Imam Baqir as mengatakan “maksud dari bintang yang tersembunyi dan terbenam ialah wujud suci Imam Zaman afs, dimana para manusia menjadi bingung karena tersembunyinya Imam Mahdi afs.

Dalam sebuah haditsnya, Imam Hasan Mujtaba as bersabda “keturunan kesembilan dari saudaraku Al-Husain as, setelah mengalami gaib yang sangat panjang ia akan muncul dengan wujud zahir yang masih muda, yang kira-kira belum mencapai 40 tahun.”

Awet muda seseorang yang sudah berusia ribuan tahun merupakan salah satu kuasa Allah swt, yang jika Dia menghendaki maka terjadilah, ujar Ayatullah Gorgani.

Pada sebagian doa pembuka ziarah disebutkan bahwa wujud Imam Zaman afs merupakan manifestasi dari kuasa Ilahi, yakni pada hakikatnya Allah swt ingin menunjukan kuasanya pada wujud suci Imam Mahdi afs, pungkas Ayatullah Alawi Gorgani.

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Mengenalkan Budaya Intizhar Kepada Masyarakat


Mengenai peringatan 9 Rabi’ul Awal yang merupakan hari dimulainya Imamah Imam Zaman afs harus dijadikan salah satu hari raya mazhab Syi’ah. Karena yang pertama kali merasa bahagia ialah Imam Zaman afs.

Shabestan News Agency, menjelang 9 Rabi’ul Awal yang merupakan peringatan dimulainya Imamah Imam Zaman afs, sejumlah petinggi lembaga kebudayaan Imam Mahdi Maw’ud afs bertemu dengan Ayatullah Shafi Golpaigani.

Dalam pertemuan ini Ayatullah Shafi mengucapkan banyak terima kasih atas kerja keras dan kegiatan-kegiatan lembaga ini, beliau mengatakan bahwa para panggung jawab “dalam setiap melakukan kegiatan yang berhubungan dengan Imam Mahdi afs harus selalu perhatian terhadap Imam afs, karena Imam afs juga akan semakin memberikan perhatiannya.

Marja taklid Syi’ah ini juga menekankan, dan mengenai peringatan 9 Rabi’ul Awal yang merupakan hari dimulainya Imamah Imam Zaman afs harus dijadikan salah satu hari raya mazhab Syi’ah. Karena yang pertama kali merasa bahagia ialah Imam Zaman afs.

Saat ini Imam dalam keadaan hidup dan ada di tengah-tengah kita, oleh karenanya kita harus selalu mengenalkan budaya Intizhar kepada orang-orang, jelas Ayatullah Shafi Golpaigani.

“kita harus berusaha keras supaya seluruh lapisan masyarakat kita lebih mengenal maqam dan kedudukan Imam Mahdi as,” ungkap Ayatullah Shafi.

Ayatullah Shafi lebih lanjut menyampaikan, musuh Islam selalu melakukan konspirasi untuk melunturkan keyakinan masyarakat terhadap Imam Mahdi as. Untuk itu, seberapa pun langkah yang telah kita ambil dalam bidang ini, masih saja ada langkah-langkah baru yang harus dijalani.

“Kita harus menjelaskan etika mahdawi kepada seluruh lapisan masyarakat luas sehingga etika para pengikut Syiah sejalan dengan pemimpin mereka,” ujarnya.

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Tahun 2016, Tahun Menyakitkan Bagi Israel


Gerakan dunia “Boikot Israel” BDS mengakui bahwa tahun 2016 ini penuh dengan prestasi sanksi yang penting dan diberlakukan atas Israel. Usaha dan upaya rezim Zionis untuk menghentikan laju gerakan ini tidak pernah membuahkan hasil.

Menurut BDS, rakyat Palestina dan seluruh pendukung mereka akan senantiasa mengenang tahun 2016 ini.

Rezim Zionis telah mengalokasikan budget besar untuk melawan aktifitas BDS dan menggunakan segala cara untuk menghalang lajunya. Mereka telah memanfaatkan seluruh kekuatan media dan propaganda untuk itu.

BDS mengaku telah berhasil memalingkan perusahaan-perusahaan besar dunia menanamkan investasi di tanah pendudukan dan bekerja sama dengan rezim Zionis. Perusahaan internasional Orange telah menarik seluruh investasinya dari tanah pendudukan. Setelah Orange, perusahaan CHR Irlandia juga menarik investasinya dari Israel. CHR adalah perusahaan besar kedua Eropa yang telah berani menarik investasinya dari tanah pendudukan Palestina.

Di Spanyol, banyak Pemerintah Daerah di berbagai kota negara ini memberlakukan aksi boikot atas Israel. Seluruh kota ini pun menyatakan sebagai “kota yang nihil dari semangat etnis dan fanatisme Zionis”. Salah satu kota penting dalam hal ini adalah kota Cordoba.

Aktifitas BDS juga telah berhasil membatalkan banyak kontrak kesepakatan kerja sama yang telah dilakukan oleh perusahaan G4S yang merupakan sebuah perusahaan pendukung Israel. UNICEF Jordania juga telah membatalkan kontrak kerja sama dengan perusahaan ini. Perusahaan asuransi sosial Kuwait juga telah membatalkan kerja sama dengan perusahaan ini. G4S juga telah kehilangan kontrak-kontrak besar di Colombia.

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain-ABNS)

Bahrain Berlakukan Pembatasan Ketat Untuk Peziarah Arba’in


Para petinggi Bahrain melakukan gangguan terhadap para peziarah Arba’in Husaini di Bandara Internasional Bahrain.

Seperti dilansir Al-Lu’lu’ah kemarin, para pegawai Bandara Internasional Bahrain melakukan gangguan terhadap para peziarah Arba’in Husaini begitu mereka menginjakkan kaki di bandara ini setelah kembali dari Iraq.

Pihak keamanan Bahrain merampas seluruh paspor para peziarah Arba’in Husaini dengan alasan pemeriksaan. Tindakan ini menyebabkan antrian panjang di bandara dan tidak bergerak.

Para pegawai Bahrain membatalkan beberapa paspor dan meminta para pemilik paspor tersebut supaya merujuk kepada kantor urusan kewarganegaraan dan paspor untuk mengurus paspor baru.

Tahun lalu, para peziarah Imam Husain as juga memperoleh gangguan dari pihak berwenang dengan aneka ragam cara. Lembaga-lemaga HAM Bahrain menilai tindakan ini sebagai sebuah tindakan penghukuman yang bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.

Sekalipun memperoleh perlakuan yang tak senonoh seperti itu, warga Bahrain masih menggelar demonstrasi di seantero Bahrain dengan semangat “baiat dengan syuhada”. Demonstrasi ini menegaskan hak kisas dan komitmen terhadap tujuan-tujuan yang telah dibangun oleh para syuhada Bahrain.

Rakyat Bahrain menggelar demonstrasi atas ajakan Koalisi 14 Februari dengan mengusung slogan “Labbaik Ya Muhammad”.

Koalisi 14 Februari menegaskan, “Demonstrasi ini bertujuan membela Islam Muhammadi dan menentang siasat kabilahisme anti warga Syiah yang sedang dijalankan oleh Al Khalifah.”

Dari sejak tahun 2011 lalu, rakyat Bahrain menuntut perubahan dan hak-hak mereka sebagai warga. Akan tetapi, tuntutan hak ini rakyat ini dijawab dengan moncong senjata oleh Al Khalifah.

(Al-Lu’lu’ah/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain-ABNS)

Menyelamatkan Orang Yang Teraniaya, Semangat Spiritual akan Muncul


Munculnya Imam Zaman afs bukan hanya untuk menyelamatkan perorangan saja, namun untuk menyelamatkan semua umat manusia.

Salah seorang anggota penelitian ilmu-ilmu dan budaya Islam, Hujjatul Islam Rahim Kargar dalam sebuah Channel Telegramnya menulis tentang “kajian dan analisa akhir zaman dan tanda-tanda kemunculan Imam Zaman afs”.

Keinginan merasakan masyarakat yang dijanjikan serta bersama Imam Zaman afs, otomatis akan menimbulkan antusiasme tersendiri, namun keinginan dan permintaan ini harus disertai dengan kenyataan dan realita. Keinginan munculnya Imam Zaman afs bukan hanya untuk menyelamatkan perorangan saja, namun menyelamatkan dalam harapan Mahdawi adalah menyelamatkan semua umat manusia.

Ini berarti keselamatan untuk seluruh umat manusia dari beban penderitaan, ketidak mampuan, penindasan dan ketidak adilan. Dan disaat kita mengatakan bahwa kita harus merindukan dan memiliki semangat spiritual.

Di samping kita memiliki kesedihan dan kegundahan, kita juga harus merasakan penderitaan orang-orang yang tertindas, yakni pola pandangan kita harus pandangan yang penuh dengan cinta dan kasih sayang, karena kita juga harus merasakan perasaan orang-orang selain kita, yang mereka tertindas dan teraniaya.

Dan kita juga harus berusaha dalam setiap doa yang kita lakukan bersama, dan semoga dalam setiap doa yang kita sampaikan mengena kemunculan Imam Zaman afs, semoga kemunculan beliau afs semakin dipercepat, karena akhir segala permasalahan ini akan terwujud dengan kemunculan Imam Zaman afs, namun yang terpenting ialah di samping semangat dan antusias, kita juga harus bergerak, yakni berusaha untuk menyingkirkan kezhaliman dan menyelamatkan orang-orang yang tertindas.

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Saat Kebangkitan Dimulai, Taubat Orang-orang Berdosa Tidak Akan Diterima


Orang-orang yang sampai dimulainya kebangkitan Imam Mahdi afs namun belum juga beriman, keimanan mereka tidak akan ada artinya sama sekali.

Salah seorang pakar dalam pembahasan Mahdawi, Hujjatul Islam Khodamurad Sulaimian dalam bukunya “Peran masyarakat dalam revolsui global Imam Mahdi afs” beliau menulis :
Selain yang disebutkan dalam riwayat mengenai kemunculan Imam Zaman afs, seperti dibangkitkannya kembali Rasulullah saww, selain itu yang bisa disebutkan ialah bahwa Imam afs sebelum mengungkapkan kebangkitannya yang meliputi seluruh dunia, beliau afs akan menyampaikan pesannya untuk bangkit menghadapi musuh-musuh dan menyelesaikan hujjahnya kepada mereka semua.

Dalam riwayat lainnya juga disebutkan bahwa orang-orang yang sampai dimulainya kebangkitan Imam Mahdi afs namun belum juga beriman kepadanya, meskipun mereka telah beriman bersamaan dengan dimulainya kebangkitan Imam Zaman afs maka keimanan mereka tidak akan ada artinya sama sekali.

Maka jelaslah bahwa jika yang dimaksud dengan kebangkitan adalah kemunculan Imam Zaman afs, maka riwayat tersebut bermakna kapanpun Imam Mahdi afs itu muncul, maka iman seseorang yang sebelumnya belum beriman tidak akan diterima, karena setelah itu Imam Zaman afs akan melakukan kebangkitan dan revolusi global.

Pandangan Penulis
1. meskipun sebagian riwayat dan ucapan para ulama menyatakan tentang berbarengannya antara kemunculan dengan kebangkitan Imam Zaman afs, namun sebagian riwayat juga menyatakan bahwa kebangkitan terjadi setelah kemunculan Imam afs.
2. pernyataan yang membedakan antara kemunculan dan kebangkitan, lebih sesuai dengan ajaran-ajaran agama dan kalam Ahlul Bayt as, karena menganggap satu antara kedua hal ini maka akan bermakna bahwa seketika Imam afs muncul maka saat itu juga akan memulai kebangkitan globalnya, dan jika melihat pada kebangkitan agung ini maka perlu pada persiapan yang matang, di antaranya ialah orang-orang harus menerima Imam afs tanpa takut akan pedang.

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ziarah, Kesamaan Antara Syi’ah dan Ahlusunnah


Masalah ziarah ini bukan hanya budaya milik Syi’ah saja, karena banyak riwayat baik dalam Syi’ah maupun Ahlusunnah yang membahas tentang ziarah ke makam Rasulullah saww, Imam Makshum as dan begitu juga orang-orang mukmin.

Shabestan News Agency, beberapa hari terakhir pasca serangan teroris di Hillah Iraq yang menewaskan dan melukai puluhan orang peziarah Karbala, menyebabkan banyak yang mempertanyakan, khususnya di media sosial tentang syubhat-syubhat yang masuk ke dalam dasar ziarah Imam Husain as.

Mengenai hal ini, Hujjatul Islam Najmuddin Thabasi menjelaskan bahwa terdapat banyak riwayat yang dinukil dari Imam Makshum as mengenai ziarah. Namun masalah ziarah ini bukan hanya budaya milik Syi’ah saja, karena banyak riwayat baik dalam Syi’ah maupun Ahlusunnah yang membahas tentang ziarah ke makam Rasulullah saww, Imam Makshum as dan begitu juga orang-orang mukmin.

Kira-kira sebanyak 600 riwayat yang dinukil di kitab Wasa’il As-Syi’ah, dan sebanyak 400 riwayat yang dinukil di kitab Mustadrak Al-Wasa’il yang membahas tentang ziarah, namun meski demikian yang harus digaris bawahi adalah bahwa budaya ziarah bukan hanya khusus milik Syi’ah saja, karena Ahlusunnah juga meyakini hal ini, sebagaimana dalam kitab-kitab fiqih mereka dalam pembahasan haji dianjurkan untuk menziarahi makam Rasulullah saww dan para Imam di Baqi’.

Hujjatul Islam Thabasi lebih lanjut menyampaikan, dalam kitab “Al-Ikhtiyar Lita’lil Al-Mukhtar” yang ditulis oleh Abdullah Al-Moushuli Hanafi pada abad ke-7, dalam kitab tersebut disebutkan bahwa menziarahi makam Rasulullah saww adalah sunnah yang luar biasa, dan bahkan bisa dikatakan wajib.

Dalam kitab tersebut juga disunahkan untuk menziarahi pekuburan baqi’, khususnya makam Hamzah, Imam Hasan as, Imam Zainal Abidin as, Imam Baqir as, Imam Shadiq as dan makam-makam istri-istri dan sahabat-sahabat Rasulullah saww.

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Aksi Bela Alquran Juga Dilakukan di Inggris


Antusiasme masyarakat Indonesia dalam membela kitab suci Alquran juga dilakukan masyarakat Indonesia di Inggris melalui gelar forum ilmiah. Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya (KIBAR) Colchester mengadakan seminar bertema "Tips Menghafal Alquran sejak Dini" dengan narasumber Wirda Mansur, seorang hafidzah remaja berusia 14 tahun.

Pengurus KIBAR Colchester, Zaki Arrobi mengatakan, acara yang berlangsung di Essex Business School Universitas Essex, Sabtu (3/12) dibuka dengan lantunan ayat suci Alquran oleh Rifa. Dilanjutkan dengan pembicara Wirda Mansur yang mengisahkan pengalamannya dalam menghafal Alquran sejak usia tujuh tahun.

Menghafal Alquran merupakan passion terbesar dalam hidupnya sehingga dia tidak merasa ada beban dalam melakukannya. Selain itu, menghafal Alquran juga akan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT. "Kalau sudah diniatkan untuk Allah SWT tidak akan merasa capek atau bosan," ujar remaja yang mengaku menghabiskan waktu dari pukul 03.00 dinihari hingga pukul 21.00 malam ketika menjalani proses menghafal Alquran.

Berkat hafalan Alquran, puteri Ustadz Yusuf Mansur ini berhasil menjelajahi berbagai negara seperti Hongkong, Malasyia, Jepang, Amerika Serikat, dan Singapura untuk membagikan pengalamannya. Di masa depan, Wirda bercita-cita menjadi wanita yang memiliki bisnis sendiri dan tetap menghafal Alquran.

Selama di Inggris, Wirda juga mengikuti pelajaran di sekolah dan bahkan sempat berbagi pengalaman mengenai Indonesia. "Saya juga mengenakan kebaya," ujar gadis yang bercita-cita menjadi pengusaha di bidang privat jet ini.

Mengenai pelajaran sekolah di Inggris, Wirda merasa tidak sulit seperti pelajaran matematika di Indonesia ternyata lebih mudah di Inggris. Membawa nama besar sang ayah sebagai ustaz kondang, bagi Wirda tidak mudah apalagi ia aktif di sosial media selama 24 jam dan tentu saja banyak mendapat sorotan.

"Presure juga sich, maklum sebagai anak muda tentunya Wirda juga ingin seperti remaja seusianya.

Wirda juga merasa kagum dengan negara Britania Raya ini karena ia banyak menemukan masjid ketimbang saat ia bersekolah di Amerika Serikat."

(Republika/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)