Minggu, 26 Juni 2016

Benarkah Aisyah & Hafshah Meracuni Nabi Saww ??? Al Iyyasi (Tafsir) & Al Majlisi (Biharul Anwar). Berikut Jawabannya


Oleh: Ustadz Candiki Repantu

Mungkin saja banyak isu beredar bahwa salah satu hal yang diyakini madzhab Ahlulbayt (Syi'ah) bahwa Nabi Muhammad Saww meninggal akibat racun yang diberikan oleh Syd. Aisyah dan Hafshah. Isu ini juga dinyatakan oleh para penulis buku panduan MUI yang berjudul "Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi'ah di Indonesia". Berikut pernyataan yang tertulis dalam buku tersebut :

“Al-Iyyasi dalam tafsirnya, dan al-Majlisi dalam Bihar al-Anwar, menyatakan bahwa meninggalnya Rasulullah saaw karena telah diracun oleh Aisyah dan Hafshah.”(Hal. 33)

Untuk mengklarifikasi demi tetap terjaganya Ukhuwah Islamiah di Indonesia khususnya, berikut tanggapan yang disampaikan oleh cendikiawan muda dari Medan Ust. Candiki Repantu :

MMPSI melakukan kedustaan. Tidak ada disebutkan di dalam Tafsir Iyyasi dan Biharul Anwar bahwa Nabi saaw meninggal karena diracun oleh Aisyah dan Hafshah. Ini adalah kebohongan yang yang diada-adakan oleh MMPSI untuk menfitnah syiah. Berikut saya kutipkan riwayat dari Tafsir Iyyasiyang juga disebutkan oleh al-Majlisi dalam Biharul Anwar :

عن عبدالصمد بن بشير عن أبى عبدالله عليه السلام قال : تدرون مات النبى صلى الله عليه واله او قتل ان الله يقول : أفان مات أو قتل انقلبتم على أعقابكم . فسم قبل الموت. انهما سقتاه قبل الموت ـ فقلنا انهما وأبوهما شر من خلق الله

“Dari Abdusshomad bin Basyir dari Abi Abdillah as yang berkata : “Diriwayatkan tentang kematian atau terbunuhnya Nabi saaw sebagaimana firman Allah swt, ‘Apakah jika dia wafat atau terbunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)’. Nabi saaw diracun sebelum wafat. Sesungguhnya keduanya memberikannya minum sebelum wafat. Maka kami katakan keduanya dan ayah keduanya seburuk-buruk makhluk Allah” (lihat Tafsir Iyyasi jilid 1, hal. 200 no. 152; Biharul Anwar jilid 22, hal. 516).

Perhatikan riwayat di atas–terlepas dari kualitas riwayat tersebut–, tidak ada sama sekali disebutkan Aisyah dan Hafshah meracuni Nabi saaw. Tuduhan itu hanyalah prasangka MMPSI atas kalimat “keduanya” (innahuma) dalam riwayat tersebut yang dengan refleks diarahkan oleh MMPSI kepada Siti Aisyah dan Hafshah. Padahal dua orang itu dalam riwayat tersebut bisa ditafsirkan siapa saja, dan salah satunya yang pasti dalam banyak riwayat yang sahih adalah wanita Yahudi bernama Zainab yang meracuni Nabi saaw di Khaibar.

Riwayat-riwayat yang sahih dan muktabar diterima di syiah maupun sunni, memang wafatnya Nabi saaw diakibatkan oleh racun yang mengendap di tubuh beliau, yang mana bahwa Nabi saaw di racun ketika di Khaibar oleh seorang wanita Yahudi dengan memberikan potongan daging kambing yang sudah di bubuhi racun. Dan racun inilah yang bereaksi sehingga memutus urat-urat nadi Nabi saaw, sebagaimana disebutkan riwayat berikut ini :

عن أبي عبد الله (عليه السلام) قال: سم رسول الله يوم خيبر فتكلم اللحم فقال: يا رسول الله إني مسموم، قال: فقال النبي عند موته: اليوم قطعت مطاياي الاكلة التي أكلت بخيبر، وما من نبي ولا وصي إلا شهيدا

“Imam Shadiq as berkata : “Nabi Saw diracun pada hari Khaibar. Maka (ketika memakan daging), daging itu berkata, ‘Ya Rasulullah, aku diracun”. Berkata Imam Ja’far, “Bersabda Nabi saaw ketika mendekati wafatnya, ‘saat ini potongan daging yang aku makan ketika di Khaibar memutus nadiku, dan tidaklah Nabi dan washi kecuali mati syahid.” (Bihar al-Anwar jilid 22, hal. 516; Bashair ad-Darajat, hal. 523;).
Hadis tentang diracunnya Nabi saaw di Khaibar ini juga banyak diriwayatkan di dalam kitab-kitab sunni yang diakui keshahihannya. Jadi, tidaklah tepat berhujjah dengan satu hadis dari Tafsir Iyyasidi atas dibandingkan dengan hadis-hadis yang lebih banyak dan lebih sahih tersebut. Karena itulah, riwayat di atas tidak dipandang oleh ulama-ulama syiah.

Dan seandainya pun, kita menerima riwayat di atas, maka tidak dapat langsung diarahkan kepada Siti Aisyah dan Hafshah. Sayid Ja’far Murtadha al-Amili di dalam kitabnya as-Shahih min Sirah an-Nabi al-A’zham jilid 33 panjang lebar membicarakan wafatnya/syahidnya Nabi saaw dan mengulas masalah di racunnya Nabi saaw.

Dan tentang dua wanita yang meracun Nabi saaw–dengan asumsi kita menerima riwayat Iyyasi tersebut di atas–, Murtadha al-Amili menjelaskan bahwa jika kita menggabungkan riwayat-riwayat yang ada, maka Nabi saaw di racun dua kali oleh dua wanita, yaitu di Khaibar dan di Madinah. Di Khaibar Nabi saaw di racun oleh Zainab, sedangkan di Madinah beliau di racun oleh Abdah (al-Amili,as-Shahih min Sirah an-Nabi al-A’zham jilid 33, hal.179-180).

Tentang Khaibar sudah disebutkan di atas, adapun tentang diracunnya Nabi saaw oleh Abdah disebutkan dalam riwayat Imam Ali as yang cukup panjang, menceritakan bahwa Rasul saaw di undang oleh Abdah dan kemudian diberikan makanan yang telah diracun (al-Amili, as-Shahih min Sirah an-Nabi al-A’zham jilid 33, hal.167, dikutip dari al-Amali Syaikh Shaduq, hal. 294; Bihar al-Anwar jilid 17, hal. 395-396; Manaqib Ibn Syahr’asyub jilid 1, hal. 80; Raudhah al-Waizhin, hal. 61;Mustadrak al-Wasail jilid 16, hal. 307; Jami’ Ahadis Syiah jilid 23, hal. 542).

Jadi, kalau kita mau menyimpulkan siapakah dua wanita yang dikecam oleh Nabi saaw di atas yang meracun dirinya, maka sesuai dengan riwayat yang jelas dan disebutkan namanya, kedua wanita itu adalah wanita Yahudi yang bernama Zainab dan Abdah, bukan Siti Aisyah dan Hafshah. Dengan demikian, tuduhan MMPSI kepada syiah lagi-lagi salah alamat.

Demikian tanggapan Ustadz Candiki Repantu, semoga dapat membuat kita lebih bijaksana dalam menghadapi perbedaan.

(Perpustakaan-Kajian-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

0 komentar: