Minggu, 26 Juni 2016

Ahmad bin Ali at-Thabarshi Meyakini Tahrif Al Quran Dalam Al-Ihtijaj? Berikut Jawabannya


Pada era perkembangan ilmu saat ini, ada beberapa pihak yang mencoba memahami syi'ah namun apa yang difahami sangat jauh dari ulama-ulama syi'ah sendiri. Hal ini dapat mengakibatkan kesalahan fatal, misalnya isu tahrif Al Quran seperti yang tertulis dalam buku panduan yang ditulis oleh beberapa anggota MUI Mengenal dan mewaspadai penyimpangan Syi'ah Indonesia (MMPSI).

Dalam buku tersebut dinyatakan bahwa Ahmad bin Ali at-Thabarshi merupakan salah seorang ulama syi'ah yang meyakini adanya tahrif Alquran. Berikut pernyataan yang tertulis dalam buku MMPSI tersebut :

“Abu Manshur Ahmad bin Ali al-Thabarshi, seorang tokoh syiah abad ke-6 H menegaskan dalam kitab al-Ihtijaj, bahwa Alquran yang ada sekarang adalah palsu, tidak asli, dan telah terjadi pengurangan”. (hal. 25-26).


Untuk mengklarifikasi demi tetap terjaganya Ukhuwah Islamiah di Indonesia khususnya, berikut tanggapan yang disampaikan oleh cendikiawan muda dari Medan Ust. Candiki Repantu :

Pernyataan di atas merupakan kesimpulan dari Kitab al-Ihtijaj juz 1/156 karya at-Thabarshi. Namun, setelah dicermati, ternyata MMPSI ini lagi-lagi melakukan penyimpangan. Terlepas dari kualitas riwayat yang dibawakan, At-Thabarshi tidak menyatakan demikian. Beliau hanya meriwayatkan bahwa Imam Ali menyusun Alquran yang di dalamnya terdapat penjelasan hakikat turunnya serta pelanggaran kaum muhajirin dan anshar. Para sahabat menolak Alquran susunan Imam Ali dan menyusun Alquran yang tidak mengandung hal-hal tersebut. Berikut pernyataan At-Thabarsyi dalam kitabnya al-Ihtijaj juz 1/156.

وفي رواية أبي ذر الغفاري أنه قال: لما توفي رسول الله صلى الله عليه وآله جمع علي عليه السلام القرآن وجاء به إلى المهاجرين والأنصار وعرضه عليهم لما قد أوصاه بذلك رسول الله صلى الله عليه وآله، فلما فتحه أبو بكر خرج في أول صفحة فتحها فضائح القوم، فوثب عمر وقال: يا علي اردده فلا حاجة لنا فيه، فأخذه عليه السلام وانصرف ثم أحضروا زيد بن ثابت – وكان قاريا للقرآن – فقال له عمر: إن عليا جاء بالقرآن وفيه فضائح المهاجرين والأنصار، وقد رأينا أن نؤلف القرآن ونسقط منه ما كان فيه فضيحة وهتك للمهاجرين والأنصار، فأجابه زيد إلى ذلك

“Diriwayatkan oleh Abi Dzar al-Ghiffari, dia berkata : Ketika Rasul saaw wafat, Imam Ali as mengumpulkan Alquran dan membawanya ke hadapan Muhajirin dan Anshar dan mereka berpaling darinya, bagi apa yang telah diwasiatkan Rasulullah saaw terhadap hal itu. Ketika Abu Bakar membukanya, terdapat pada awal halamannya berbagai aib dari kaum-kaum. Maka diambil oleh Umar dan berkata : Wahai Ali, aku menolaknya dan kami tidak berhajat padanya, silahkan ambil kembali. Maka Imam Ali as mengambilnya dan beranjak pergi. Kemudian mereka menghadirkan Zaid bin Tsabit—penulis Alquran—dan Umar berkata kepadanya : “Sesungguhnya Ali datang membawa Alquran yang di dalamnya terdapat aib dari muhajirin dan anshar, dan sungguh kami melihat penting rasanya untuk menyusun Alquran dan membuang darinya bagian-bagian yang terdapat aib dan celaan kepada muhajirin dan anshar”. Maka kemudian Zaid menerimanya.” (Al-Ihtijaj jilid 1 : 156).

Betapa jelasnya maksud riwayat tersebut di atas. Bahwa tidak ada pengurangan dalam teks-teks Alquran, tetapi yang ada adalah pengurangan makna-makna atau penafsiran Alquran yang dilakukan Imam Ali as yang di dalamnya terdapat menjelaskan aib-aib dari kaum muhajirin dan anshar. Dan tentu saja penafsiran itu bukanlah Alquran. Inilah keunikan mushaf Imam Ali as, sebagaimana dijelaskan oleh banyak riwayat dari ulama-ulama syiah dan ahlussunnah bahwa Imam Ali as setelah wafatnya Rasul saaw mngumpulkan Alquran sesuai bacaan Rasulullah saaw yang dihimpun sesuai dengan urutan turunnya dan berisi asbab an-nuzul, nasikh, mansukh, makkiyah, madaniyah, tafsir dan takwil serta lainnya. Hal ini tercermin dalam ucapan Imam Ali as :

و لقد جئتهم بالکتاب مشتملا علی التنزیل والتاویل

“Aku mempersiapkan suatu kitab untuk mereka yang di dalamnya mencakup tanzil dan takwil.” (Jawad Balaghi, Ala al-Rahman jilid 1 : 257).

(Perpustakaan-Kajian-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

0 komentar: