Oleh: Ust. Candiki Repantu
Seorang wanita hamil diusir dari kampung halamannya, karena dituduh mengandung anak dari hasil perzinahan. Dengan susah payah ia keluar dari kampungnya menuju suatu kebun kurma.
Sambil bersandar pada sebatang pohon kurma, ia merenungi nasibnya yang tragis. Ia mengeluh sedih, “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan.”
Mendadak turunlah malaikat dan menyeru kepadanya, “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan kalu engkau lapar, maka goyanglah pohon kurma itu, maka pohon kurma itu akan menggugurkan buahnya yang masak kepadamu.”
Malaikat itu melanjutkan kata-katanya, “Dengan adanya sungai dan pohon kurma ini, maka makan dan minumlah serta bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya Aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka Aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".
Mendengar kalimat malaikat itu, senanglah hati wanita tersebut, dan dia mengandung anaknya dengan sukacita hingga melahirkan seorang bayi laki2 yg menawan hati…
Setelah melahirkan ia membawa anak tersebut kembali ke kampung halamanya, dan kaumnya pun berkumpul menyaksikannya sambil mengejeknya. Karena ia puasa bicara, maka ia pun menunjuk pada anaknya.
Mendadak dan mengejutkan semua orang, anak bayi yg masih dalam buaian itupun berbicara : “Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku al-Kitab dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati dimana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku salat dan zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yg sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimphakan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (Lihat Q.S. Maryam : 23-33)
Kisah diatas mungkin sudah kita kenal dan sering didengar. Tetapi kita melupakan bahwa kisah ini menginformasikan kepada kita salah satu jenis puasa yang pernah dilakukan oleh manusia suci yaitu PUASA BICARA.
Hari ini, kita mengerjakan puasa utk menahan diri dari yang membatalkan puasa seperti makan, minum, dan bersenang-senang. Tetapi ternyata ada puasa yg berbeda. Dalam puasa tersebut, diperbolehkan makan dan minum, tetapi tidak melakukan pembicaraan. Inilah yang dikenal dengan PUASA BICARA alias DIAM SAJA. Siapa yg melakukan puasa ini…???
Dalam al-Quran disebutkan, pelakunya adalah wanita suci yang mulia yaitu Maryam binti Imran, Ibunda Nabi Isa as. Maryam dipersilahkan untuk makan dan minum, tetapi dia menahan diri dari berkata-kata. Al-Quran mengisahkan :
“Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya Aku Telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka Aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini". (Q.S. Maryam : 26)
Coba anda bayangkan…hari ini kita berpuasa utk tidak makan dan minum…tetapi apakah kita tahan utk tidak berbicara….??? Pasti kita merasa kesulitan. Bahkan terkadang kita kalau lagi “ngegosip”, menunda makan dan minum, walapun sudah masuk waktunya….(maaf ya kalu ada yg merasa tersinggung).
Apa sebenarnya hasil puasa tersebut…?? Allah swt mengabarkan kepada Rasulullah saaw di malam mi’raj tentang hasil berpuasa. Allah swt berfirman :
“Hasil dari berpuasa adalah sedikit berbicara dan sedikit makan. Hasil diam adalah kebijaksanaa, hasil kebijaksaan adalah pencerahan, hasil pencerahan adalah keyakinan yang mulia; dan keyakinan yg mulia menjadikan seseorang tidak pernah merasa cemas untuk memulai harinya apakah dengan kemudahan atau kesulitan, tragedi atau kesenangan. Inilah kedudukan manusia yg telah mencapai tingkatan puas yang ditandai dengan tiga ciri utama,
1. Berterima kasih (syukur) yang tidak dikotori dengan kebodohan
2. Zikir yg tidk bercampur dengan kelalaian
3. Cinta sejati ilahi yg tidak bercampur dengan cinta pd lainnya.
Sudahkah puasa kita menghasilkan ketiga hal itu…??? Jika belum, sebaiknya kita belajar utk puasa bicara, dimana selain menahan makan dan minum, juga menahan diri dari berkata yang sia-sia.
wallahu a'lam.
(Medan, 08 Ramadhan 1430 H)
(Perpustakaan-Kajian-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar