Oleh : Andri Herdiyanto
Barangkali masih sering kita dengar atau temui dalam kehidupan sehari-hari suatu pemahaman di masyarakat yang seolah-olah membentrokan antara akal dan agama. Seolah-olah akal harus dikesampingkan bila sedang berhadapan dengan agama. Padahal akal merupakan daya atau kemampuan yang dimiliki oleh ruh manusia untuk memahami segala sesuatu, termasuk di dalamnya adalah agama. Secara lebih jelas, agama tidak akan dapat dipahami oleh manusia bila tidak menggunakan akalnya. Maka agama yang hakiki tentu tidak akan bertentangan melainkan akan seiring dan sejalan dengan akal.
Akal mengatakan bahwa ia-nya yang diliputi keterbatasan membutuhkan agama, begitupun Al-Quran sebagai manualbook dari agama, dalam banyak ayatnya mengatakan bahwa untuk memahami Quran dan segala sesuatu harus menggunakan akal. Hal tersebut menandakan bahwa Agama dan Akal saling melengkapi bukan bertentangan satu sama lain.
Untuk melengkapi artikel ini, berikut ini kami cuplikan tulisan yang disampaikan oleh Ust. Sinar Agama dalam salah satu catatannya di media sosial facebook mengenai hal tersebut :
Ketahuilah, bahwa Qur an diturunkan kepada manusia karena manusia memiliki akal. Jadi, akal tidak bisa dipertentangkan dengan Qur an karena ia adalah alat untuk memahminya. Sudah tentu yang dikatakan akal di sini adalah “akal-umum/normal” yang tentu tidak lepas dari kerelatifan dimana akan menghasilkan dua kemungkina, benar atau salah dalam memahaminya. Namun demikian Allah tetap saja menurunkan agamaNya itu untuk manusia. Tentu kemungkinan salahnya ini sudah diusahakan oleh agama supaya banyak terkurangi, seperti suruhan merenungi (bukan hanya mendengarnya sepintas), bertanya ke Rasul saww, bertanya ke imam maksum as dan ulil albab serta ulama yang telah mempelajari agama secara akademis.
Sedang akal-pasti, yaitu yang memiliki pijakan ilmu mudah tadi (nessecery knowlege), maka ianya sudah pasti cocok dengan Qur an. Hal ini, bukan karena akal menguatkan Qur an atau sebaliknya. Tapi karena akal dan Qur an, sebagai alat atau petunjuk mencapai ilmu benar dan sesuai hakikatnya, telah sama-sama sampai kepadanya dan bertemu di titik itu.
Beda keduanya hanyalah bahwa Qur an yang Qur an, yakni yang sesuai dengan yang dimaksudkan Allah (bukan yang kita pahami yang belum tentu sesuai dengan maksudNya dan kalaulah benar dibarengi dengan proses pencapaian) adalah ilmu kebenaran yang tidak melalui proses pencapaian. Karena Qur an adalah bagian kecil dari ilmu Allah yang pasti benar mutlak dan tidak terbatas itu.
Sedang akal-pasti ini melalui proses pencapaian. Seperti ilmu anak kecil yang mulai mengeri bahwa dirinya ada secara pasti, 1+1=2, 3+3 =6, ayah dan ibunya serta lingkungannya adalah ada secara pasti...dst. Dan beda lainnya adalah, kalaupun keduanya sama-sama terbatas, tapi Qur an tetap lebih luas dari capaian manusia dengan akal pastinya itu. Dekaplah erat-erat yang satu ini (hbungan Qur an dan akal-pasti), karena ianya adalah kunci dari banyak hal dan pemecah dari banyak kebingungan.
*****
Demikian sedikit ulasan mengenai “Hubungan Agama Dan Akal Manusia” yang disampaikan oleh Ust. Sinar Agama. Semoga bermanfaat
Notes : Bila ada kesalahan pengutipan, semata-mata dari diri kami pribadi dalam proses pengeditan.
(Perpustakaan-Kajian-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar