Kamis, 24 November 2016

Dengan Hadis Palsu, Allah Swt Menjayakan Islam Dengan Umar Ibn Al Khtahthab


Di antara hadis palsu yang sering dibanggakan kaum Bakriyah (sekelompok kaum Sunni yang fatanik terhadap Abu Bakar dan Umar dan anti Imam Ali as.) adalah bahwa Nabi saw. memohon kepada Allah SWT dalam doanya agar Allah menjayakan agama Islam dengan Umar ibn al Khaththab. Riwayat palsu itu selalu mereka banggakan sebagai keutamaan Umar, dan dapat kita jumpai dalam banyak buku mereka dan dalam banyak kesempatan!

At Turmudzi memulai Bab Manâqib Umar dalam Sunan-nya dengan meriwayatkan hadis tersebut dengan sanad sebagai berikut:

Muhammad ibn Basysyâr dan Muhammad bin Râfi’ menyampaikan hadis kepada kami, mereka berkata, ‘Abu ‘Âmir al ‘Aqadi mengabarkan kepada kami, ia berkata, Khârijah ibn Abdulah al- Anshari mengabarkan kepada kami, dari Nâfi’ dari Ibnu Umar bawa Rasulullah saw. bersabda:

أللَّهُمَّ أَعِزَّ الإسلامَ بِأَحَبِّ الرَّجُلَيْنِ إليكَ ؛ بِأبي جهلٍ أَوْ بِعُمَرَ بنِ الخطاب.

Ya Allah jayakan Islam dengan salah satu dari dua orang yang paling Kau cintai ini; Abu Jahal atau Umar ibn al Khaththab.
.
Ibnu Umar berkata, “Dan yang lebih dicintai Allah adalah Umar.”

Ini adalah hadis hasan gharîb dari hadis Ibnu Umar. [1]


Hadis palsu ini telah mereka riwayatkan dengan mengatasnamakan sebelas sahabat Nabi saw., di antara mereka Ibnu Umar dan Umar sendiri. Hadis palsu ini sejak awal peluncurannya telah ditolak dan dibohongkan oleh:

1. Ikrimah

Ikrimah -sahaya Ibnu Abbas ra., seorang tokoh tabi’în yang sangat diandalkan sebagai sumber ajaran agama oleh para ulama Ahlusunnah- telah menolaknya dan menggolongkannya sebagai kebohongan yang menghinakan agama Islam itu sendiri.

Jalaluddin as-Suyûthi -tokoh besar Ahlusunnah– meriwayatkan dalam kitab ad-Durar al-Muntatsirah:19 bahwa Ikrimah ditanya tentang hadis itu, ia berkata:

معاذَ اللهِ! الإسلامُ أَعَزُّ مِنْ ذلِكَ، و لكنه قال: أللهمَّ أَعِزَّ عُمر بالدين أَو أبا جهلٍ.

Aku berlindung kepada Allah (dari mengatakan demikian), Islam jauh lebi kuat dari itu, tetapi beliau bersabda, “Ya Allah jayakan Umar atau Abu Jahal dengan agama.” [2]

Dari sini dapat difahami bahwa meyakini omongan seperti itu dan apalagi menisbatkannya dengan kepalsuan kepada baginda Rasulullah saw. adalah kebohongan yang keji, tidak berani memalsunya kecuali kaum munafik yang tidak mempedulikan akibat dari kepalsuan yang dibuatnya. Dalam pandangan Ikrimah, omongan itu adalah pelecehan atas Islam, agama Allah yang maha mulia dan kokoh, karenanya ia berlindung kepada Allah dari ucapan dan keyakinan sesat seperti itu.

Penolakan Ikrimah semestinya sudah cukup membungkam mulut-mulut kaum Bakriyah dan Salafiyah yang bernafsu membela pandangan-pandangan mereka walaupun dengan kapalsuan dan melecehkan agama!


2. Ummul Mukminin Aisyah

Selain Ikrmah, Aisyah juga membohongkan kepalsuan itu, dan sesungguhnya kaum bakriyah memutar balikkan sabda suci Nabi saw. demi kesesatan mereka.

Burhânuddin al-Halabi asy-Syafi’i dalam as-Sirah al-Jalabiyah-nya setelah menyebutkan riwayat tentang masalah ini, ia menukil pernyataan Aisyah sebagai berikut, “Dan telah diriwayatkan dari Aisyah ra., ia berkata, ‘Sebenarnya nabi saw. bersabda, ‘Ya Allah, jayakan Umar dengan Islam.’ Sebab, Islam akan selalu jaya dan tidak perlu dijayakan dengan orang.” [3]

Al Halabi berkata bahwa ucapan Aisyah itu muncul dari ijtihadnya sendiri, sebagai buktinya bahwa beliau menyebutkan alasannya bahwa jauhlah anggapan bahwa Islam akan dibuat jaya oleh orang


Ibnu Jakfari berkata:

Andai benar arahan dan pembelaan al-Halabi, pastilah kita berhak bertanya, bolehkan seorang menolak hadis yang telah disabdakan Nabi Muhammad saw. -yang tidak bertutur kata dari hawa nafsu, melainkan dari wahyu- dengan alasan ijtihad?! Apa hukumnya seorang yang menolak mentah-mentah hadis Nabi saw.? Bukankah kata-kata al-Halabi itu berbahaya bagi Ummul-Mukminin Aisyah?!

Selain itu makna Ya Allah jayakan Islam seperti diterangkan al-Mubârakfuri dalam at-Tuhfah-nya adalah, “Kuatkan, belahla dan jadikan ia menang di atas kekafiran.” Di sini anda terhak bertanya, ‘adakah bukti yang dapat diajukan oleh Bakriyah bahwa Umar berandil besar dalam kejayaan Islam di masa Nabi saw.?!

Coba anda teliti data-data sejarah peperang Nabi saw., pernahkan Umar berperang ekstra dalam membela Islam dan Nabi saw.?
Saya berharap kaum Bakriyah menyebutkan lima saja orang kafir yang pernah dibunuh Umar dalam peperangan sepanjang sejarah Islam! Dan untuk itu saya angkat topi sebagai rasa hormat saya

Dapatkan jasa Umar terhadap Islam dapat dibandingkan dengan jasda-jasa besar dan pembelaan nyata Imam Ali as. dalam berbagai pertempuran antara pihak Islam dengan pihak kafir?!

Tanyakan kepada “Badar” siapa pejuang sejati yang gigih membela Islam!
Tanyakan kepada “Uhud”, siapakah yang tetap teguh di sisi Nabi di kala para sahabat lari berhamburan meninggalkan Nabi sendirian?

Tanyakan kepada sejarah, siapakah yang lari meninggalkan Nabi saw di saat-saat genting seperti di pertempuran Uhud, Hunain dll.?

Apa arti kejayaan Islam dengan Umar kalau ternyata Imam Ali as, yang paling berjasa untuk agama Rasulullah saw.?!

Saya berharap kita tidak perlu mempertahankan sebuah doqma yang tidak mampu ditegakkan di atas bukti-bukti nyata dan data-data akurat sejarah!!

Meyakini Ali as. lebih unggul dan lebih utama jauh lebih mencerminkan keimanan dan kepatuhan kita kepada Allah dan Rasul-Nya, ketimbang membuat-buat atau mengimani kepalsuan!

Andai kaum Bakriyah mau memposisikan sahabat-sahabat kebanggaan mereka pada posisi mereka sebenarnya, niscaya itu lebih utama dan lebih ilmiah dan lebih membawa keselamatan dunia dan akhirat dari pada memalsu atas nama suci nabi Muhammad saw.


Ancaman atas yang memalsu Hadis

Sebelum saya akhiri makalah ini, saya tertarik menyebutkan beberapa fatwa ulama Ahlusunnah tentang bahaya memalsu kebohongan atas nama Nabi saw. dan bagaimana hukumnya. Abu al-Mudzaffar as-Sam’ani berkata, “Barang siapa berbohong sekali saja atas nama Rasulullah saw. maka seluruh riwayat darinya yang terdahulu harus digugurkan”. [4]

Imam Ahmad ibn Hanbal, Abu Bakar al-Humaidi dan Abu Bakar ash-Shairafi berkata, “Tidak dapat diterima riwayat seorang yang pernah berbohong atas nama Rasulullah saw. walaupun setelahnya ia bertaubat dari berbohong (atas nama Nabi)”. [5]

Ibnu Hajar berkomentar, “Para ulama sepakat bersikap keras atas orang yang berbohong atas nama Rasulullah saw., sebab ia tergolong dosa besar, kabâair, sampai-sampai Syeikh Abu Muhammad al-Juwaini menetapkan hukum kafir atas yang melakukannya. Qadhi Abu Bakar ibn al Arabi cenderung mendukung pendapat itu…”. [6]

Dan bagi yang telah mengetahui kepalsuan sebuah hadis maka haram atasnya untuk meriwayatkannya.

Ibnu Shalâh berkata, “Dan tidak halal bagi yang mengetahui keadaannya (hadis palsu itu) untuk meriwayatkannya kepada seorang pun dalam masalah apapaun kecuali jika disertai dengan menerangkan kepalsuannya.” [7]

Maka dengan demikian adalah kewajiban atas setiap muslim untuk tidak ceroboh dalam meriwayatkan hadis-hadis palsu tentang keutamaan sebagian sahabat. Dan bagi yang telah menegtahuinya maka haram atasnya meriwayatkan dan menyebarkan riwayat-riwayat seperti itu. Dengannya ia tergolong sebagai pemalsu atas nama Nabi saw.

Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis yang ia sifati dengan al-atsar al-masyhûr, berita yang masyhur/tersohor:
.
مَنْ حدَّثَ عَنِّيْ بِحديثٍ يرَى أنهُ كذِبٌ فَهو أحد الكاذِبَيْنِ.

Barang siapa menyampaikan hadis dariku sementara ia mengetahui bahwa ia adalah palsu maka ia seorang dari dua pembohong.[8]


Referensi:

[1] Sunan at Turmudzi(dengan syarah al Mubârakfûri),10/167-168 hadis 3764.
[2] ad Durar al Muntatsirah:19. cet. Mushthafa Al Halabi, Mesir.
[3] As Sirah al Halabiyah,1/330.
[4] Taqrîb dengan syarah as Suyuthi, Tadrîb ar Râwi,1/230.
[5] Taqrîb dan Ikhtishar ‘Ulûm al Hadîst:111.
[6] Fathu al-Bari.6,389. (baca Adhwa’ ‘Ala as Sunnah al Muhammdiyah:70)
[7] At Taqyîd wa al Îdhâh, Syarh Muaddimah Ibn ash Shalâh:131.
[8] Muslm (dengan syarah An Nawawi),1/62 dan Al Maudhû’at; Ibnu al Jauzi,1/62.

(Jakfari/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

0 komentar: