Kamis, 24 November 2016

Mengintip Kehidupan Rumah Tangga Nabi Saw Untuk Tidak Dicontoh dan Ditiru!


Sepertinya ada kenikmatan tersendiri yang dirasakan para ulaama Ahlusunnah wal Jama’ah (ASWAJA) ketika mereka menghinakan kehormatan dan menjatuhkan kemuliaan Nabi agung Muhammad saw. demi membuat keutamaan palsu sahabat tertentu.. Setiap hadis palsu yang menghinakan Nabi mulia saw. pasti Anda temukan di dalamnya pengagungan sahabat tertentu yang dimaukan oleh para penguasa bani Umayyah dan bani Abbas dan yang disanjung oleh Ahlusunnah. Beberapa tulisan membongkar masalah ini sudah kami terbitkan di sini… Kali ini, Anda kami ajak menyaksikan penghinaan lain lagi yang dilakukankan ulama Sunni terhadap Nabi saw.


Kata Siti Aisyah Nabi Saw. itu Sangat Takut kepada Umar!

Entah apa yang ada dalam benak si pemalsu hadis yang sangat digemari para ulama Sunni itu ketika mereka mengisahkan bahwa Nabi saw. sangat menikmati pertengkaran seru antara para istri beliau bahkan sampai-sampai beliau tertawa terbahak-bahak bak seorang yang sedang menyaksikan pentas Lawak Sri Mulat! Subhanallah, apa sebenarnya yang sedang terjadi di dalam rumah Nabi saw. sehingga beliau tertawa terbahak-bahak seperti yang dikisahkan hadis andalan Sunni itu?

Ikuti laporan langsungnya dari dalam rumah Nabi pada hadis di bawah ini:

Dari Siti Aisyah, ia berkata, “Aku membawakan untuk Rasulullah saw. satu talam bubur Kharizah yang aku masaknya sendiri. Lalu aku berkata kepada Saudah, ‘Makanlah! Saat itu Nabi berada di antara aku dan Saudah. Aku berkata kepada Saudah, ‘Makanlah bubur ini, jika tidak, aku akan lumuri wajahmu dengan bubur ini!

Saudah tidak mau memakannya, maka aku letakkan tanganku di bubur Kharizah kemudian aku lumuri wajahnya dengan bubur itu. Maka Nabi tertawa dan beliau meletakkan pahanya di atas Saudah dan berkata kepadanya, ‘Lumuri juga wajah Aisyah dengannya! Maka ia melumuri wajahku dengannya, dan Nabi pun tertawa.

Lalu Umar lewat dan memanggil, ‘Hai Abdullah! Hai Abdullah!’ Nabi saw. mengira bahwa Umar akan masuk, maka beliau berkata, ‘Masuklah kalian berdua dan bersihkan wajah kalian!

Aisyah berkata, ‘Sejak saat itu aku takut kepada Umar karena aku melihat takutnya Nabi kepada Umar.!

Sumber Hadis:

Hadis lucu dan pelecehan itu dapat Anda temukan dalam, misalnya: Majma’ az Zawâid, 4/578 dan Kanzul ‘Ummâl,12/593.


Ibnu Jakfari berkata:

Demikianlah kalian menggambarkan Nabi mulia dalam kehidupan rumah tangganya! Beliau menikmati pertengkaran antara kedua istrinya!

Apakah benar kalian meyakini bahwa akhlak siti Aisyah itu seperti itu? Tidak berakhlak karimah? Bertindak seperti wanita yang tidak terhormat? Hanya kerena Saudah tidak mau mencicipi bubur buatannya ia serang secara brutal dengan melumuri wajahnya dengan bubur Khazîrah yang mungkin masih panas?

Bukankah kalian juga meriwayatkan bahwa ketika ada seorang istri Nabi saw mengirim makanan ke rumah Rasulullah saw. Aisyah segera menampel talam terbuat dari kereweng sehingga jatuh dan pecah berantakan serta makanannya berserakan? Mengapa Ahlusunnah mengggambarkan siti Aisyah segalak itu? Bukankah itu pengihnaan atas siti Aisyah?

Lalu di balik penghinaan kalian terhadap kemuliaan Nabi Muhammad saw., kalian mengada-ngada kepalsuan tentang kemulian dan keagungan Umar ibn al Khaththab… yang dengan sekedar mendengar suaranya saja Nabi saw. langusng ketakutan dan meminta kedua istri beliau yang sedang melampiaskan adegan konyolnya di hadapan Nabi saw. dan segera pula menghentikan canda tawa yang dilakukan Nabi mulia Muhammad saw.

Apa kalian beranggapan bahwa adalah kebiasaan Umar jika masuk rumah Nabi tanpa izin, langsung nyelonong begitu saja?

Demi Allah hadis-hadis palsu yang menghinakan Nabi saw. yang diriwayatkan ulama Ahlusunnah dan dipercayai keshahihannya serta dibangun di atasnya berbagai hukum dan pandangan atas nama Islam telah memberi peluang besar bagi musuh-musuh Islam untuk menghinakan Nabi kita dan mencemooh agama Islam kita!


Keberkahan Hadis-hadis Palsu Produk Ulama Sunni

Namun sebagaimana hadis-hadis palsu yang menghinakan Nabi mulia Muhammad saw. itu memberikan bahan empuk bagi musuh-musuh Islam untuk menyerang Islam dan Nabinya, ia juga ternyata membawa keberkahan yang tak terhinggga karena dengannya banyak kaum berakal waras dan berfitrah suci dari kalangan para pemikir Sunni segera menaruh curiga atas mazhab Sunni dan kemudian menelitinya kembali dan hasilnya adalah mereka memdapat hidayah Allah bahwa mazhab yang haq ‘indallah adalah mazhabnya Ahlulbaitt Nabi as. bukan mazhab para pemalsu.. bukan mazhabnya Ka’abul Ahbâr –si Yahudi yang menyusup di kalangan kaum Muslimin Sunni-, bukan mazhabnya ‘Ikrimah –si gembong Khawarij yang sangat benci Nabi saw. dan keluarganya- dan bukan pula mazhabnya Ibnu Taimiyah Cs yang selalu menjulurkan lidah beracunya untuk mengkufuri kebenaran tentang Ahlulbait Nabi as. … dan akhirnya hadis-hadis seperti itu menjadi inspirasi bagi pencari kebenaran untuk menemukannya bukan pada mazhab-mazhab selain mazhab Ahlulbait, keluarga suci Nabi as. maka mereka berbondong-bondong yadkhulûna fî dînillâhi AFWÂJA, wa yatrûkûna ASWAJA. Wal hamdulillahi alladzi hadânâ li hâdza!


Tidak berhenti di sini, para ulama kepercayaam Ahlusunnah seperti Imam agung mereka Bukhari dll meriwayatkan banyak hadis tentang protes istri-istri Nabi kerena beliau berlaku zalim terhadap para istri beliau selain Siti Aisyah… karenanya delegasi demi delegasi mereka utus untuk menekan Nabi saw agar menghentikan ketidak adilan dalam perlakuan terhadap mereka…. Kata ulama dan riwayat Ahluusnnah itu, para istri Nabi saw. meminta kaadilan kerena tentunya Nabi saw zalim terhadap mereka (wal iyadh billah).[1]

Setelah delegasi gagal menundukkan Nabi saw. untuk berlaku adil, seorang istri beliau yaitu Zainab bintu Jahsy mendatangi sendiri rumah Aisyah… saat itu Nabi saw. sedang bermesraan dan bercumbu dengan Aisyah dalam satu selimut (maaf, terpaksa kami mengutarakannya, karena memang demikian hadis Sunni melaporkannya). Zainab langsung mencaci maki Aisyah dan Aisyah pun terkejut sejenak dan tak tau apa yang harus ia kalukan, apakah membalasnya dengan caci-maki juga atau berdiam… setelah mendapat lampu hijau dari nabi saw. untuk membalasnya langsung Aisyah tidak menyia-nyiakan kesempatan itu… mencaci-maki Zainab (yang juga istri Nabi saw.) setelah tuntas ia mencaci-maki, Nabi memberikan penghargaan kepada Aisyah (istri terkasihnya) dengan memujinya… Aisyah kok dilawan! Dia anaknya Abu Bakar lho!

Anda pasti segera mencaci-maki saya dan mungkin juga menuduh kami menghina siti Aisyah! Tapi akan lebih baik jika Anda bersabar sejenak mengikuti dengan seksama laporan Imam Bukhari Anda di bawah ini!

Shahih Bukhari: Kitab al-Hibah, Bab Man Ahda Ila Shahibihi (barang siapa menghadiahkan kepada temannya..) , hadis nomer :2393.

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي أَخِي عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ نِسَاءَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُنَّ حِزْبَيْنِ فَحِزْبٌ فِيهِ عَائِشَةُ وَحَفْصَةُ وَصَفِيَّةُ وَسَوْدَةُ وَالْحِزْبُ الْآخَرُ أُمُّ سَلَمَةَ وَسَائِرُ نِسَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ الْمُسْلِمُونَ قَدْ عَلِمُوا حُبَّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَائِشَةَ فَإِذَا كَانَتْ عِنْدَ أَحَدِهِمْ هَدِيَّةٌ يُرِيدُ أَنْ يُهْدِيَهَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَّرَهَا حَتَّى إِذَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِ عَائِشَةَ بَعَثَ صَاحِبُ الْهَدِيَّةِ بِهَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِ عَائِشَةَ فَكَلَّمَ حِزْبُ أُمِّ سَلَمَةَ فَقُلْنَ لَهَا كَلِّمِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكَلِّمُ النَّاسَ فَيَقُولُ مَنْ أَرَادَ أَنْ يُهْدِيَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَدِيَّةً فَلْيُهْدِهِ إِلَيْهِ حَيْثُ كَانَ مِنْ بُيُوتِ نِسَائِهِ فَكَلَّمَتْهُ أُمُّ سَلَمَةَ بِمَا قُلْنَ فَلَمْ يَقُلْ لَهَا شَيْئًا فَسَأَلْنَهَا فَقَالَتْ مَا قَالَ لِي شَيْئًا فَقُلْنَ لَهَا فَكَلِّمِيهِ قَالَتْ فَكَلَّمَتْهُ حِينَ دَارَ إِلَيْهَا أَيْضًا فَلَمْ يَقُلْ لَهَا شَيْئًا فَسَأَلْنَهَا فَقَالَتْ مَا قَالَ لِي شَيْئًا فَقُلْنَ لَهَا كَلِّمِيهِ حَتَّى يُكَلِّمَكِ فَدَارَ إِلَيْهَا فَكَلَّمَتْهُ فَقَالَ لَهَا لَا تُؤْذِينِي فِي عَائِشَةَ فَإِنَّ الْوَحْيَ لَمْ يَأْتِنِي وَأَنَا فِي ثَوْبِ امْرَأَةٍ إِلَّا عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَالَتْ أَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مِنْ أَذَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ثُمَّ إِنَّهُنَّ دَعَوْنَ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَرْسَلَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَقُولُ إِنَّ نِسَاءَكَ يَنْشُدْنَكَ اللَّهَ الْعَدْلَ فِي بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ فَكَلَّمَتْهُ فَقَالَ يَا بُنَيَّةُ أَلَا تُحِبِّينَ مَا أُحِبُّ قَالَتْ بَلَى فَرَجَعَتْ إِلَيْهِنَّ فَأَخْبَرَتْهُنَّ فَقُلْنَ ارْجِعِي إِلَيْهِ فَأَبَتْ أَنْ تَرْجِعَ فَأَرْسَلْنَ زَيْنَبَ بِنْتَ جَحْشٍ فَأَتَتْهُ فَأَغْلَظَتْ وَقَالَتْ إِنَّ نِسَاءَكَ يَنْشُدْنَكَ اللَّهَ الْعَدْلَ فِي بِنْتِ ابْنِ أَبِي قُحَافَةَ فَرَفَعَتْ صَوْتَهَا حَتَّى تَنَاوَلَتْ عَائِشَةَ وَهِيَ قَاعِدَةٌ فَسَبَّتْهَا حَتَّى إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَنْظُرُ إِلَى عَائِشَةَ هَلْ تَكَلَّمُ قَالَ فَتَكَلَّمَتْ عَائِشَةُ تَرُدُّ عَلَى زَيْنَبَ حَتَّى أَسْكَتَتْهَا قَالَتْ فَنَظَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى عَائِشَةَ وَقَالَ إِنَّهَا بِنْتُ أَبِي بَكْرٍ.

… dari Hisyam ibn Urwah dari ayahnya dari Aisyah, ia bercerita, “Sesungguhnya para istri Rasulullah saw. terkelompokkan dalam dua kubu; kubu Aisyah, Hafshah, Shafiyah dan Saudah. Dan yang lainnya adalah kubu Ummu Salamah dan istri-istri yang lain. Dan kaum muslimin telah mengetahui kecintaan Rasulullah saw. kepada Aisyah, oleh karenanya apabila seseorang dari mereka ingin memberikan hadiah kepada Rasulullah saw. ia menundanya hingga giliran beliau di rumah Aisyah baru ia mengirimkannya di rumah Aisyah, maka kubu Umu Salamah berbicara kepadanya agar ia berbicara kepada Rasulullah saw. supaya beliau berbicara kepada orang-orang, “Barang siapa ingin menghadiahkan kepada Rasulullah saw. sebuah hadiah hendaknya menghadiahkan kepada beliau di manapun beliau berada dari rumah-rumah istri-istr beliau. Maka Ummu Salamah menyampaikan apa yang mereka katakana kepadanya dan Nabipun tidak menjawab sepatah katapun. Lalu mereka bertanya kepadanya, ‘Apa yang beliau katakan? Ummu Salamah menjawab, “Beliau tidak berkata apapun. Mereka berkata memintanya agar mangatakannya lagi kepada Nabi saw. dan sekali lagi beliau tidak menjawabnya dengan sepatah katapun. Dan untuk ketiga kalinya mereka meminta Ummu Salamah untuk berbicara kepada Nabi saw., dan ketika giliran beliau di rumah Ummu Salamah ia mengatakannya lagi maka Nabi saw. menjawabnya: “Jangan ganggu aku tentang Aisyah, sesungguhnya wahyu tidak datang kepadaku dan aku dalam selimut seorang wanita kecuali Aisyah. Ummu Salamah berkata, “Aku bertaubat kepada Allah dari menggangu Anda wahai Rasulullah”. Kemudian para istri Nabi saw. mengutus Fatimah- putri Rasulullah saw. untuk menemui Rasulullah, lalu ia meminta izin masuk dan ketika itu beliau sedang berbaring bersamaku dalam selimutku, kemudian Nabi memberinya izin lalu Fatimah berkata: “Wahai Rasulullah ! Sesunggguhnya istri-istri Anda mengutus saya untuk menuntut perlakuan adil tentang sikap Anda terhadap putri Ibnu Abu Quhafah (Aisyah_pen). Aisyah berkata, ‘Dan saya diam.’ Kemudian Rasulullah saw. bersabda, ‘Hai putriku, bukankah kamu menyukai yang ayahmu sukai? Fatimah menjawab, ‘Ya.’ Nabi saw. melanjutkan, ‘Maka cintailah dia ini! Aisyah berkata, ‘Maka Fatimah-pun pulang dan menceritakan kepada mereka apa yang ia katakan dan apa yang dikatakaa Nabi. Mereka berkata, ‘Sepertinya kamu tidak berbuat apa-apa untuk kami, kembalilah kepada Rasulullah saw. dan katakan bahwa istri-istri Anda menuntut keadilah tentang putri Ibnu Abi Quhafah! Fatimah berkata, ‘Demi Allah saya tidak akan berbicara lagi kepada beliau sesuatu apapun tentang hal ini. Aisyah berkata, ‘Maka mereka mengutus Zainab binti Jahsy– istri Nabi saw. kemudian ia masuk dan berlaku kasar …. Aisyah berkata, ‘Maka ia meminta izin kepada Rasulullah saw. dan beliau bersama Aisyah dalam selimut lalu di izinkan untuknya, maka ia masuk dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya istri-istri Anda mengutusku untuk menuntut keadilah sikap tentang putri Ibnu Abi Quhafah.’ Aisyah berkata, ‘Kemudian ia mengangkat suaranya keras-keras dan mencaci-makiku panjang lebar sementara saya duduk. Nabi saw., memandangku apakah aku akan menjawabnya. Maka Aisyah membalas caci-makinya dan Nabi saw. memandang Aisyah sambil berkata (memujunya), ‘Sesungguhnya ia anak Abu Bakar!’.


Ibnu Jakfari berkata:

Kami sama sekali tidak keberatan jika kalian memuji siti Aisyah bintu Abu Bakar walau dengan kepalsuan, tapi kami hanya meminta agar kalian menghormati kesucian Nabi mulai kami; para pengikut setia beliau dan keluarga sucinya! Hanya itu yang kami harap! Jika seluruh penghinaan itu di mata kalian bukan sebagai penghinaan maka kami bersedia mengajak kalian ke bengkel permak akal, mungkin di sana cara berpikir kalian dapat diperbaiki!

Apakah kalian menggambarkan Nabi mulia sehina itu, beliau berlaku zalim terhadap istri-istrinya karena sikapnya yang diluar kontrol akal dan kecintaanya terhadap Aisyah (yang kalian gambarkan bahwa Nabi saw. begitu “tergila-gila” kepadanya!) sehingga para istri beliau yang lainnya tidak tahan dan meminta dengan cara-cara damai dan simpatik agar beliau segera meninggalkan perklakuan zalim itu dan segera bersikap adil… namun cara-cara diplomatik itu tidak membuahkan hasil… justru kalian gambarkan Nabi saw. makin meningkatkan frekwensi kecintaannya dan keterpesonaannya kepada Aisyah dan meminta putri tercintanya Fatimah agar tidak ikut campur dalam urusan cinta-mencinta dan sikapnya yang miring kepada Aisyah istri idolanya!

Kami mengerti bahwa kalian sangat membutuhkan legalitas sanjungan atas Aisyah untuk mengangkatnya setinggi mungkin, kami mengerti itu, tetapi apakah hal itu harus kalian lakukan dengan mengorbankan kehormatan dan kesucian Nabi mulia Muhammad saw.?!

Mengapa kalian menggambarkan Nabi mulia sedegil itu sehingga beliau tidak mau mendengar dan menerima apapun dari keluhan para istrinya yang tertindas oleh ketidak-adilan sikap beliau yang hanya miring kepada Aisyah saja, kendati delegasi demi delegasi diutus untuk memintanya berlaku adil!

Menagapa kalian menggambarkan kecintaan Nabi saw. kepada siiti Aisyah sedalam dan seberat itu, apakah karena beliau mengetahui dari balik tirai ghaib bahwa kelak Aisyah akan memerangi Ali menantunya dan akibat dari pemberontakan Aisyah itu ribuan atau bahkan puluhan ribu umat Islam terbunuh? Atau karena beliau mengatahui dari kabar ghaib bahwa kelak siti Aisyah akan melarang cucu tercintanya dimakamkan bersama beliau di kamar suci beliau? Atau karena beliau tahu dari kabar Jibril bahwa kelak Aisyah yang akan membela agamanya dengan meminta kaum Muslimin membunuh Khalifa Utsman ibn Affân? Atau karena apa Allah a‘lam mungkin ulama Ahlusunnah juga a’lam!


Adegan Yang Tidak Pelru Ditiru!

Sumber hukum Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw. Sunnah itu mencakup ucapan, tindakan dan taqrîr/pendiaman Nabi terhadap sebuah perbuatan yang dilakukan di hadapan beliau atau beliau ketahui. Nah, pertanyaannya sekarang akapah saling mencaci-maki antara dua istri yang saling berseteru itu dibolehkan dalam ajaran Islam? Jika melihat apa yang terjadi di kamar Nabi saw. antara Zainab dan Aisyah sepertinya hukum memcaci-maki itu boleh-boleh saja dalam Islam. Bahkan di anjurkan? Apakah begitu ustadz? Apakah begitu Syeikh? Apakah begitu Pak Kyai? Sebab Zainab mencaci-maki Aisyah di hadapan Nabi saw. dan Nabi saw. mendiamkan bahkan menyalakan lampu hijau agar Aisyah membalasnya!

Jadi termasuk sunnah (tentunya bagi Ahli-nya) adalah mengadu domba para istri! Termasuk sunnah pula menikmati pertengkaran para istri! Dan terakhir termasuk sunnah Nabi yang harus segera ditiru secara harfiyah (jangan ada yang teledor dalam menjalankannya) adalah menzalimi para istri selain yang cantik dan menawan!


Bukankah begitu sobat Sunniku?

Demi Allah hadis-hadis penghinaan Nabi seperti ini yang menjadikan kami hijrah dari mazhab Sunni dan masuk agama Alllah yang dibawa Ahlulbait Nabi as. Jadi ma’afkan dan jangan salahkan kami karena kami menggunakan akal sehat anugerah Allah yang berakhir dengan menunukan hidayah Allah SWT, seperti janji-Nya dalam Al Qur’an!

Adapun kalian, itu terserah kalian, kami tidak akan memaksa kalian untuk mengikuti hidayah yang telah kami temukan dengan anugerah Allah. Karena kami percaya dengan kebebasan berakidah dan berpendapat. Biar nanti Allah yang mengadili kita ketika Allah memndatangkan seluruh umat manusia dengan dikawal oleh imam-imam mereka masing-masing…. Kami berbanggga karena kami akan dikawal Ali ibn Abi Thalib dan sebelas Imam dari ketrunan beliau sebagai imam-imam kami… Adapaun kalian entah siapa yang akan mengawal kalian/ Imam Bukhari (yang banyak meriwayatkan hadis-hadis yang menghinakan Nabi)?

Atau Imam Ibnu Taimiyah yang bangga menampakkan kebenciannnya kepada Nabi dan keluarga sucinya?

Atau Imam Yazid ibn Mu’awiyah yang membantai Imam Husain dan keluarga suci serta pengikut setianya? Atau siapa? Kami tidak tau, tapi Anda (yang Sunni… yang Salafi/Wahhâbi) pasti tau siapa imam yang kalian banggakan! Yang jelas bukan Ali dan para imam dari keturunan Nabi saw.!

Wassalam atas yang mengikuti keberanan sejati Allah!


Catatan Kaki:

[1] Tentang protes mereka akan kami bahas nanti insya Allah dalam artikel khusus. Nantikan!

(Jakfari/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

0 komentar: