Minggu, 27 Desember 2015

Sekilas Perayaan Safa


Sekelumit Tentang Safa
Agama adalah satu perayaan penuh dengan kehormatan dan kesucian. Perayaan ini menemukan makna lain jika dilaksanakan disamping haram Razavi, selain aturan dan dasar, perayaan tersebut bercampur dengan keikhlasan. Banyak perayaan yang telah dilaksanakan di haram Razavi dan berbuah nilai maknawi. Para karyawan haram adalah pelaksana asli dalam setiap perayaan, mengemban tanggung jawab dan selalu mempersembahkannya dalam bentuk yang paling sempurna. Perayaan haram Razavi senantiasa menambah nilai maknawiyah dan kesuciannya, sampai menarik kita ke atas. Selain hal ini, ada kesatuan suara dan hati diantara para hadirin dan memberikan hasil sesuai dengan kadar mereka.

Sejarah mencatat, perayaan safa telah dilaksanakan sejak keshahidan imam kedelapan, Ali bin Musa al-Ridlo as, dari tahun ke tahun dikumandangkan ayat-ayat suci al-Quran dekat haramnya. Para pembaca Quran berkumpul di satu tempat bernama Raudloh Munawwarah lalu melantunkan ayat-ayat quran, dari sinilah, banyak al-Quran yang diwaqafkan dan disimpan di haram Razavi.

Banyak bukti tercatat dalam sejarah, salah satunya tentang Muhammad Khan Syibani, raja Uzbek. Kota Khurasan, ketika itu dikuasai pemerintah Timuriyan. Tahun 1504 Muhammad Khan datang ke mashad untuk ziarah. Di marqad Ghazali, dia memuji dengan bahasa Turki dan berkata: "Para penghafal Quran melantun ayat-ayat suci di luar kubah". Kalimat ini menunjukkan, sampai zaman itu, perayaan safa masih berlangsung di haram Razavi dan menurut dia, lantunan Quran pindah diluar haram.

Tahun 1859 seorang bernama Imam Wardikhan Bayat Mukhtari, demi meneruskan cahaya sunnah ini, memberikan beberapa barang waqaf untuk biaya pengeluaran pelaksanaan perayaan dan meminta para penghafal membaca Quran siang malam di aula Tauhid Khaneh. Beberapa tahun perayaan ini berlangsung di aula Tauhid Khaneh, tapi akhirnya dipindah ke aula Dar al-Huffadz, atas dasar keagungan acara dan kedekatannya dengan Raudloh Munawwarah.

Setiap perayaan membutuhkan adab dan tata cara tertentu, hanya dengan memenuhi hal ini, nilai perayaan bisa difahamkan kepada para hadirin. Perayaan safa juga tak luput dari hal ini, pertama-tama mereka melakukan pembukaan di tempat tertentu, kemudian mereka membawa 14 tongkat, tempat membaca Quran serta Quran yang dibagi di dua sisi aula, setiap sisi 7 buah. Quran beserta tempatnya dikeluarkan dari tempat khusus, dengan penuh hormat diantar dari satu tangan ke tangan yang lain. Hawa malakut imam kedelapan menambah nilai maknawi acara ini dan menambah perhatian dan konsentrasi para hadirin.

Kemudian para khadim menyalakan lilin. setiap nyala lilin seakan mewakili nyala hati para hadirin akan kasih sayang imamnya. Para pembantu haram duduk disisi dengan penuh kekhusyukan dengan kepala tunduk, sedang para ketua dan sayid duduk ditengah dengan didampingi lilin.

Bukan perhatian khusus para khadim dan bukan kesempurnaan pelaksanaan perayaan yang membuat acara ini damai dan disambut para qalbu, tapi karena kehadiran hati para hadirin disamping sang pemilik rumah. Para penghafal Quran memulai acara dengan membaca satu juz Quran. Satu-satu dari mereka membaca satu syiir pujian, sampai pada pujian imam kedelapan, Ali bin Musa al-Ridlo as, semua berdiri, setelah memberi penghormatan, mereka duduk kembali. Sebuah kehormatan bagi pembaca Quran yang melantunkan ayat suci dibawah naungan pemimpinnya dan ini hanya akan menguatkan keimanannya.

Kemudian, sesampainya pujian untuk imam ke empat belas penegak bendera agama Muhammad saw serta keluarganya as, imam Mahdi as, untuk kedua kalinya para hadirin berdiri memberi hormat. Akhir pembacaan Quran, mereka bertawassul kepada empat belas manusia suci yang dipimpin oleh ketua para penghafal Quran, bahkan untuk menghormati setiap manusia suci itu, mereka mengulang beberapa kalimat doa tawassul. Selain memimpin tawassul, ketua penghafal Quran juga berpidato dengan pendahuluan sempurna yang meliputi rasa sukur dan hormat kepada Allah swt serta kepada empat belas manusia suci as.

Ditengah-tengah khutbah, ketika menyebut nama imam Ridlo as, para hadirin bangun dari duduknya untuk menghormatinya dengan kepala tertunduk. Salawat dan salam mereka haturkan untuk manusia suci serta orang-orang saleh yang telah mendahului mereka, khususnya doa untuk pemimpin revolusi Iran dengan harap keselamatan bagi seluruh karyawan revolusi.

Setelah doa, mereka sujud sukur, mereka bersukur dapat ikut andil dalam perayaan ini. Selain itu, mereka juga bangga memakai baju khidmat untuk imam kedelapan as. Setelah itu, dimulai dari sisi kanan aula, mereka mengambil tempat Quran, Quran serta lilin, menciumnya demikian terus dari tangan ke tangan sampai pada tempat penyimpanan khusus.

(News-Aqr/STI)

0 komentar: