Meski pemerintah tidak ingin mengatur substansi materi penceramah, Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, setidaknya apa yang disampaikan bukanlah cacian. Hal ini penting, karena menurut Kalla, masjid memiliki peran penting dalam membentuk pola pikir serta keimanan seseorang.
“Jangan ada maki-maki di masjid contohnya. Di luar lah kalau mau maki-maki,” kata Kalla saat membuka Rapat Kerja Nasional II Dewan Masjid Indonesia (DMI) Tahun 2016 di Istana Wapres, Senin (5/12).
Untuk itu, lanjut Kalla, perlu adanya penanaman hal positif yang diberikan setiap pengkhutbah dalam setiap dakwahnya.
“Bukan soal apa, karena meningkatkan suatu keimanan itu tidak dengan cara maki-maki. Karena itu lah dakwah yang baik tentu dakwah yang dari hati,” katanya.
Pada kesempatan itu, pria kelahiran Bone ini mengingatkan bahwa fungsi masjid juga harus diperluas, tak sekadar untuk kegiatan ibadah.
“Bagaimana meningkatkan peran masjid sebagai tempat sosial, pendidikan, dan kesehatan,” katanya.
Di mata Kalla, bertambahnya fungsi masjid berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Apalagi, masjid bisa menjadi jembatan dengan kegiatan sehari-hari masyarakat. Peluang itu bisa dilakukan karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim.
“Mudah berhubungan dengan masyarakat karena masyarakat yang mencari masjid,” katanya seperti dikutip tempo.co
Sasaran utama Rakernas DMI ialah konsolidasi di tingkat pimpinan wilayah. Sejumlah program unggulan yang tengah ditingkatkan, salah satunya penataan dan perbaikan akustik atau sound system masjid.
Adapun, langkah nyata untuk melebarkan fungsi masjid, DMI akan menggandeng lembaga pemerintah, seperti Badan Nasional Narkotika (BNN), Kementerian Sosial, dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Mereka akan membuat nota kesepahaman. Adapun Rakernas diikuti 150 peserta, yang terdiri atas perwakilan DMI dari 34 provinsi se-Indonesia. []
(Tempo/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar