Genap satu tahun lebih satu bulan silam, KH Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus mengunjungi tenda perjuangan warga di Rembang, Jawa Tengah. Tenda perjuangan itu didirikan sebagai simbol perlawanan para petani yang menolak operasi pembangunan pabrik semen dan penambangan batu karst sebagai bahan baku semen di wilayah mereka.
Menyambut baik kepedulian ulama kharismatik tersebut, mewakili Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), Joko Prianto kala itu menuturkan bahwa kedatangan Gus Mus merupakan salah satu bentuk dukungan atas perlawanan yang dilakukan warga desanya guna penyelamatan lingkungan atas dampak operasi semen di Rembang.
Seperti diketahui aksi warga menolak operasi dan penambangan karst yang dilakukan oleh PT Semen Indonesia Tbk, dengan mendirikan tenda itu sudah berjalan 1 tahun lebih.
“Kunjungan Gus Mus ke tenda perjuangan tolak pabrik semen hari ini, bisa diartikan sebagai pengaminan secara halus bahwa keberadaan pabrik semen menyalahi aturan fiqih karena membawa banyak dampak buruk bagi warga dan lingkungan,” kata Joko, Sabtu (28/11/2015) silam.
Dia mengungkapkan Warga Tegaldowo dan sekitarnya sendiri antusias menyambut kedatangan Gus Mus, yang juga dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Thalibin. Joko memaparkan kedatangan ulama tersebut dapat menyatukan seluruh elemen masyarakat untuk menyelamatkan lingkungan dari rencana operasional pabrik semen di kawasan itu.
Sumarno, salah seorang warga Desa Tegaldowo, menuturkan kedatangan Gus Mus memberikan dukungan moral, sangat berdampak besar bagi warga, terutama kaum ibu, yang masih bertahan di tenda tersebut.
“Kedatangan beliau hari ini memberikan dukungan moral yang besar bagi warga di tenda perjuangan tolak pabrik semen untuk melakukan perlawanan terhadap perusakan lingkungan,” kata Sumarno.
Setahun berlalu, kali ini warga Rembang kembali unjuk perlawanan dengan menggelar aksi Longmarch Kawal Kendeng dengan rute Rembang-Semarang, untuk mengawal Putusan PK MA (Mahkamah Agung) yang diajukan pihak PT Semen Indonesia Tbk, setelah gugatan petani Rembang dimenangkan oleh MA, berupa pencabutan izin pendirian pabrik semen milik pemerintah tersebut.
Seperti tertulis dalam rilis undangan kepada awak media, Senin-Jumat (5-9/12/2016) diperkirakan 300an orang peserta aksi akan mulai berjalan kaki dari titik kumpul di Tenda Perjuangan Gunung Bokong Rembang menuju Semarang melalui jalur pantura, melewati Pati dan Demak sebelum sampai di tujuan.
Hari ini, Senin (5/12/2016) sebelum pukul 08:00 WIB tampak ratusan massa berkumpul untuk menggelar doa bersama dan brokohan di seputar Tenda Perlawanan sebelum keberangkatan. Doa dan Brokohan itu dipimpin Mbah Mat, salah seorang warga Timbrangan.
Dalam perjalanan, massa aksi longmarch juga menyempatkan diri mampir di makam RA Kartini untuk menggelar Tahlilan. Dipimpin Ustaz Gufron, di makam Kartini warga berdoa, “Gusti paringono berhasil tujuane. Jejeg adile Kendeng”. Mereka memohon keberhasilan tujuan atas aksi mereka kali ini, yakni agar keadilan ditegakkan seadil-adilnya bagi warga Kendeng.
Dari makam Kartini, mereka melanjutkan perjalanan ke Dalem (rumah) Gus Mus di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, sebagai titik keberangkatan awal menuju Semarang.
Di Ponpes inilah mereka disambut Gus Mus selaku tuan rumah, yang ternyata sudah menyiapkan tenda besar mirip tenda acara pernikahan dengan ratusan deretan kursi sebagai tempat duduk bagi para tamunya. Di tempat itu warga dijamu secara istimewa, tak ubahnya tamu undangan hajat mantenan (pernikahan), lengkap dengan suguhan makan dan minum, tak terkecuali tausiyah dan doa restu Gus Mus sebelum mereka berangkat jalan kaki menuju Semarang.
Sambil keluar dari Dalem Gus Mus, beberapa peserta aksi tampak membagikan pamflet berisi sosialisasi terkait pembatalan izin pendirian pabrik semen di Rembang kepada para santri yang juga hadir mengiringi keberangkatan aksi longmarch tersebut.
Jika dalam membela kepentingan dan hajat hidup orang banyak yang tertindas dan merasa diperlakukan tidak adil oleh hukum dan kekuasaan, Gus Mus telah memberikan teladan nyata. Akankah para ulama dan jutaan umat yang beberapa waktu lalu turun ke jalan menggelar aksi Bela Islam demi tegaknya hukum bagi kasus penistaan agama, juga akan serentak ikut tergerak hati nuraninya berjuang bersama kafilah Kendeng yang juga menuntut keadilan yang sama?
(Awak-Media/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar