Minggu, 04 Desember 2016

Ziarah, Kesamaan Antara Syi’ah dan Ahlusunnah


Masalah ziarah ini bukan hanya budaya milik Syi’ah saja, karena banyak riwayat baik dalam Syi’ah maupun Ahlusunnah yang membahas tentang ziarah ke makam Rasulullah saww, Imam Makshum as dan begitu juga orang-orang mukmin.

Shabestan News Agency, beberapa hari terakhir pasca serangan teroris di Hillah Iraq yang menewaskan dan melukai puluhan orang peziarah Karbala, menyebabkan banyak yang mempertanyakan, khususnya di media sosial tentang syubhat-syubhat yang masuk ke dalam dasar ziarah Imam Husain as.

Mengenai hal ini, Hujjatul Islam Najmuddin Thabasi menjelaskan bahwa terdapat banyak riwayat yang dinukil dari Imam Makshum as mengenai ziarah. Namun masalah ziarah ini bukan hanya budaya milik Syi’ah saja, karena banyak riwayat baik dalam Syi’ah maupun Ahlusunnah yang membahas tentang ziarah ke makam Rasulullah saww, Imam Makshum as dan begitu juga orang-orang mukmin.

Kira-kira sebanyak 600 riwayat yang dinukil di kitab Wasa’il As-Syi’ah, dan sebanyak 400 riwayat yang dinukil di kitab Mustadrak Al-Wasa’il yang membahas tentang ziarah, namun meski demikian yang harus digaris bawahi adalah bahwa budaya ziarah bukan hanya khusus milik Syi’ah saja, karena Ahlusunnah juga meyakini hal ini, sebagaimana dalam kitab-kitab fiqih mereka dalam pembahasan haji dianjurkan untuk menziarahi makam Rasulullah saww dan para Imam di Baqi’.

Hujjatul Islam Thabasi lebih lanjut menyampaikan, dalam kitab “Al-Ikhtiyar Lita’lil Al-Mukhtar” yang ditulis oleh Abdullah Al-Moushuli Hanafi pada abad ke-7, dalam kitab tersebut disebutkan bahwa menziarahi makam Rasulullah saww adalah sunnah yang luar biasa, dan bahkan bisa dikatakan wajib.

Dalam kitab tersebut juga disunahkan untuk menziarahi pekuburan baqi’, khususnya makam Hamzah, Imam Hasan as, Imam Zainal Abidin as, Imam Baqir as, Imam Shadiq as dan makam-makam istri-istri dan sahabat-sahabat Rasulullah saww.

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

0 komentar: