Minggu, 27 Desember 2015

Neghare Zani, Warisan Spiritual Nasional Iran

Ilustrasi Genderang

Saat ini, setiap hari kecuali hari-hari berduka dan bulan Muharam atau Safar, dua kali sebelum terbit fajar dan tenggelamnya matahari, dilakukan ‘’Neghare Zani’’ atau penabuhan genderang selama 20 menit.
Acara penabuhan genderang yang sekarang rutin dilakukan di kota Mashhad adalah tradisi terpuji dan selalu dikenang. Acara tersebut merupakan simbol yang dihormati serta kebiasaan terpercaya dan meriah di Haram Suci Imam Ridha as, juga merupakan warisan tradisi lama yang dilakukan sejak beberapa abad lalu di tempat-tempat suci di Haram Imam Ridhas as, di Iran dan di negara-negara lainnya. Oleh karena itu penelitian dan riset tentang sejarah tradisi kuno ini membutuhkan pengenalan dan penelusuran jejak serta usia tradisi penabuhan genderang dan ‘’Neghare Khane’’ atau ruang genderang di Iran dan dunia.

Dalam bahasa Persia, Neghare berarti salah satu jenis instrumen musik tabuh yang terdiri dari dua genderang kecil yang diikat menjadi satu dan dimainkan oleh seorang penabuh dengan dua stik kayu. Neghare Khane juga diistilahkan sebagai ruang atau menara tempat dilakukannya penabuhan genderang. Neghare Khane terletak di selasar Enghleab Eslami. Di beberapa budaya lain waktu penabuhan atau Neghare Zani dikenal dengan Neghare Noubat, Neghare Chi atau Noubat Nawaz. Di masa lalu istilah Noubat Nawazi sering digunakan, setelah itu sampai abad ke 10 Hijriah, kedua istilah digunakan, kemudian setelah itu dalam bahasa Persia digunakan satu istilah yaitu Neghare Koubi.

Neghare Nawazi di Iran dan dunia memiliki usia sejarah yang sangat tua dan di masa lalu penggunaan dua alat penting yaitu genderang dan terompet kembali ke zaman kuno. Tradisi memainkan Kus (sejenis genderang), Dohl (sejenis gendang) dan Shipour (sejenis terompet) di zaman Iran kuno dikenal dengan Neghare Koubi. Dari Iran, tradisi itu menyebar ke sejumlah negara lain. Di masa lalu tradisi ini dilakukan di momen-momen seperti dalam perjalanan atau di rumah, perang dan damai, gembira ataupun berduka cita.

Penggunaan genderang, terompet dan Shipour lebih banyak untuk menyampaikan informasi dan mengumumkan berita kedatangan pasukan ke sebuah wilayah atau untuk memberi semangat kepada para tentara dalam perang atau menutup perkemahan di masa perang atau dalam peristiwa-peristiwa besar militer seperti penaklukkan dan kemenangan, pengumuman kemenangan. Di masa damai dan tenang, alat-alat musik ini kebanyakan digunakan di acara duka cita atau penghormatan pada anggota istana seperti duduknya raja di takhta, pengumuman masuk kota, pemasangan mahkota atau peristiwa-peristiwa lain semisal kelahiran dan kematian para raja dan pangeran serta acara-acara sosial penting lain dan ketika terbit dan tenggelamnya matahari.

Di Timur, tradisi ini merupakan tradisi yang sangat tua (ensiklopedia Britanica). Bangsa Romawi dan Yunani mempelajari penggunaan alat-alat ini dari orang Timur dan memberi perhatian besar atasnya. Sir Henry Pole menyebutnya sebagai sebuah metode yang sangat kuno dari bangsa Asia dan ia percaya istilah ini masuk ke bahasa Eropa pasca perang salib dan banyak digunakan. Marcopolo mengenal penggunaan Neghare sebagai dimulainya perang oleh bangsa Iran sementara Christenson menulis bahwa bangsa Iran di masa perang memberitahu orang-orang terkepung akan kedatangan musuh dengan meniupkan terompet di atas dinding-dinding kota.

Bukti-bukti sejarah termasuk manuskrip-manuskrip kuno, laporan perjalanan para penjelajah, ditemukannya tempat-tempat dengan nama Neghare, Neghare Khane, Neghare Chi Mahale, Neghare Khan, Neghare Koub, Neghare Navkesh dan lainnya dalam budaya-budaya Iran, dan pemakaman penabuh Neghare di dekat Khawaf, bukit Neghare Khane di Gonabad, menara kecil Neghare Khane di atas pegunungan Taghiabad, Sari serta lainnya, juga alat-alat Noubat Nawazi era Kekaisaran Akhaimenia di museum Persepolis dan lukisan-lukisan di atas batu, Thagh Bostan di Kermanshah menunjukkan adanya Noubat Nawazi. Selain itu, adanya istilah-istilah terkait dengan Neghare Nawazi di dalam syair-syair kuno dan baru, juga adanya beberapa kata-kata lain di sejumlah kamus seperti Asb Neghare, Shotor Neghare dan Fil Neghare, menegaskan tradisi ini di bumi Iran. Berkenaan dengan asal mula Neghare dan Neghare Nawazi di Iran banyak pandangan tentang hal tersebut.

Sejarah Neghare Nawazi dan Neghare Khane di Haram Suci Razavi
Meskipun tidak ada informasi soal waktu tepat dan bagaimana asal mulanya tradisi Neghare Nawazi di Haram Suci Razavi, akan tetapi marak dan kontinuitas tradisi kuno Iran tersebut di tempat-tempat suci menjadi penjelas bahwa rasa seni Muslimin Iran sudah bercampur dengan semangat keimanan. Mereka menyumbangkan seni arsitekturnya untuk budaya Islam dalam bentuk bingkai di mihrab, kubah, menara dan yang lainnya. Pengetahuan yang dalam tentang agama mereka terlihat dari hiasan-hiasan di langit-langit, beranda, dekorasi gedung dan mosaik dengan menciptakan rancangan-rancangan baru yang berkulitas tinggi.

Dengan digelarnya acara Neghare Nawazi di makam suci Imam Ridha as, menunjukkan bahwa tradisi agung yang berakar dari budaya bangsa Iran ini diwarnai keyakinan Islam. Oleh karena itu, kita harus menjaganya sebagai bentuk seni dan budaya Muslim Iran. Seiring dengan berlalunya waktu dan berubahnya tradisi ini, Neghare Nawazi menjadi sebuah simbol penghormatan yang diterima di Haram Suci Razavi.

Informasi tentang tradisi ini diperoleh dari sekitar abad ke-9 dan informasi paling kuno adalah manuskrip penulis Mehman Name Bukhara di awal abad ke-10 Hijriah yang tercatat dalam laporan perjalanan Mohammad Khan Shaibani ke Haram Suci Razavi yang mengabarkan tentang adanya tradisi Neghare Nawazi di tempat-tempat suci di Haram Razavi. Ia menulis :
‘’....di atas makam suci Imam Ridha as, di tempat yang digunakan untuk memainkan Neghare Noubat Imam, para penabuh genderang, Aradavie Homayoon dan peniup terompet yang berdiri serta menunggu, ketika momen itu tiba segera menabuh genderang dan meniup terompetnya.’’

Fazlollah Khanji, tanpa berbicara soal sejarah pembangunan Neghare Khane dan asal muasal Neghare Koubi, dengan tegas mengabarkan tentang keberadaan sebuah tempat untuk Neghare Nawazi di Haram Suci Imam Ridha as (tempat yang biasanya digunakan oleh para penabuh genderang Ardavi Shah menggelar acara). Selain itu, isi laporan tersebut juga meriwayatkan sejarah Neghare Nawazi di Haram Suci Razavi sebelum masa itu. Dalam laporan lain disebutkan, Baber Bayasnager pada tahun 860 Hijriah Qamariah datang ke Haram Suci Imam Ridha as untuk berziarah dan mendapat kesembuhan. Ia menghabiskan musim dingin tahun itu di Chahar Bag, Mashhad dan menempatkan Neghare Khane miliknya di taman sebelah serambi dan memerintahkan agar dimainkan di tempat tersebut.

Tidak adanya informasi tentang sebab dan metode digelarnya tradisi ini sebelum abad ke-10 melahirkan banyak pandangan berbeda yang sebagiannya menunjukkan penunjukkan Imam Ridha as sebagai Putra Mahkota atau pemimpin spiritual Sultan Khorasan atau penjagaan atas keagungan makam suci Imam Ridha as dan hal-hal semacam itu, atau pengumuman akhir waktu shalat dan tibanya waktu buka puasa dan sahur di bulan Ramadhan, atau acara-acara perayaan, sebagai fenomena khusus yang menjadi alasan digelarnya tradisi ini.

Berdasarkan bukti-bukti sejarah, tidak menutup kemungkinan bahwa Neghare Nawazi juga seperti acara-acara lain yang dikenal masyarakat waktu itu dan kebiasaan serta fasilitas-fasilitas Haram Suci Razavi, termasuk penentuan para pelayan dan menetapkan jabatan-jabatan administratif, pelayanan dan digelarnya lima giliran ketua pelayan dan pergantian baju para pelayan dan keperluan-keperluan pelayanan seperti tongkat dan penyusunan aturan dan acara-acara khusus khutbah dan Safeh dan penyerahan giliran ketua pelayan dan lainnya, adalah keharusan-keharusan yang masih dilakukan dengan maksud untuk menghormati kesucian Haram Suci Razavi, pelayanan dan mewujudkan kemudahan bagi para peziarah. Akan tetapi dipengaruhi oleh metode administrasi dan manajemen pemerintahan zaman itu dan masih ada dalam beberapa abad di pengelolaan administrasi tempat-tempat suci Razavi dan tidak mengalami perubahan.

Setelah laporan Fazlollah Khanji, laporan terpenting lainnya tentang Neghare Khane kembali ke masa Safavi. Penulis buku Alam Ara-ye Abbasi menulis, Neghare Khane dengan beberapa genderang dan terompet kecil berada di bawah pengawasan seorang penjaga.

Dalam dokumen yang terkait dengan masa itu, tingkat dan metode serta nama-nama sebagian anggota Neghare Khane termasuk Darvish Haji, Ghiaseddin Mohammad Tabbal dan Mir Mohammad Shadegh, adalah para penjaga Neghare Khane terkenal pada tahun 1605,1016 dan 1674.

Di masa-masa itu, Mashhad sebagai kota agamis terpenting di Iran mendapat perhatian khusus para raja dari dinasti Safavi. Selain untuk acara-acara kesultanan, Neghare juga dimainkan khusus untuk Haram Suci Imam Ridha as. Sampai akhir masa Safavi, tradisi ini tersebar luas di tengah masyarakat. Hal tersebut dikabarkan oleh penulis Zubdatu Tawarikh tentang pelaksanaan acara-acara Neghare Nawazi untuk acara-acara gembira di tahun 1727 yang dilakukan atas perintah Nader dan untuk acara naik tahtanya Shah Tahmasob di Mashhad.

Dengan kemunculan pemerintahan Afsharie dan berubahnya Mashhad menjadi pusat politik, tradisi Negahre Nawazi di Haram Suci Razavi semakin luas dan terus dilaksanakan kecuali pada hari-hari duka cita. Mirza Mahdi Astarabadi menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 1730 ketika Nader melarang pelaksaan acara Neghare Nawazi karena hari duka cita yang diperingati masyarakat.

Dalam penulisan surat Alishahi di era Afsharie, pendirian Neghare Khane juga mendapat perhatian khusus dan 13 orang ditugasi mengambil uang untuk membeli keperluan-keperluan Neghare Khane seperti kulit sapi untuk membuat gendang dan lainnya dari wakaf-wakaf khusus.

Neghare Nawazi di Haram Suci Razavi
Di masa Qajarie, Neghare Nawazi memiliki tradisi dan formalitas khusus termasuk acara-acara spesial Neghare Nawazi, hari-hari keagamaan terutama kelahiran Imam Ridha as. Adib Al Maei menulis, :
‘’Di malam ke-11 bulan ini yang merupakan hari kelahiran Imam Ridha as, beranda-beranda dihias dengan berbagai hiasan yang menarik. Neghare Khane Astane dimainkan dan pintu kegembiraan terbuka dan hati-hati penuh suka cita.’’

Nama Neghare Khane di era Qajarie dikenal dengan Karna Khane dan para penabuh genderang disebut dengan Amaljat Sekveh. Hal itu tertulis dalam dokumen era Qajarie. Menurut Profesor Abdul Ghani Mirzayev, di acara-acara lain seperti peristiwa-peristiwa khusus semisal terjadinya kejadian luar biasa, Neghare Nawazi juga dimainkan dan di beberapa kesempatan di hari-hari spesial pelaksanaan acara ini memakan waktu yang lebih lama, Ali Hakim Naghi menulis :
‘’...Dalam acara perayaan hari lahir Imam Ridha as, Neghare Khane Imam memainkan genderang dan terompetnya hingga pagi.’’

Satu lagi penulis era Qajarie yang menulis tentang Neghare Nawazi di Haram Suci Razavi adalah Haj Sayyah: di masa ini selain waktu-waktu yang biasanya dimainkan Neghare Nawazi, seperti dua kesempatan dan perayaan hari lahir Imam Ridha as serta imam-imam lainnya, Neghare Nawazi juga dilaksanakan pada acara Salam Mamul yang biasa dilakukan hingga era Pahlevi.

Sekalipun di era ini dalam acara pergantian tahun dan tahun baru juga digelar Neghare Nawazi, akan tetapi tidak jelas waktu akurat asal mula acara ini. Namun di era ini acara-acara semacam itu tercantum dalam agenda Neghare Khane Imam dan Neghare Khane sebagai salah satu lembaga resmi di tempat-tempat suci menggelar acara di gedung lama Neghare Khane, di atas beranda Timur (lokasi saat ini dan terletak di bagian Barat).

Di akhir era Qajarie, dengan munculnya alat-alat musik baru, Neghare Nawazi ramai dimainkan di daerah-daerah dan kecuali di ibukota dan beberapa kota penting, tradisi itu perlahan-lahan terkikis dan masalah ini terus berlanjut di masa Pahlevi, akan tetapi Neghare Nawazi di era ini di Haram Suci Razavi dilaksanakan dengan cara-cara khusus dan di waktu-waktu tertentu. Sekalipun di masa pergantian Mohammad Vali Khan Assadi, Neghare Nawazi di Haram Suci Razavi dihentikan untuk sementara waktu, namun tradisi ini kembali dilaksanakan pada tahun 1903 dan seperti sebelum-sebelumnya digelar pada waktu-waktu tertentu kecuali hari-hari berduka dan bulan Muharam serta Safar.

Sejak masa itu hingga sekarang kebiasaan baik ini yang merupakan pengingat penyembahan kepada Tuhan dan pengenalan keagungan Haram Suci Razavi, tetap ada dan suara genderang, nada yang tak asing dan membawa kegembiraan mengingatkan para pendengar akan makam suci Imam Ridha as.

Alat dan Perlengkapan Neghare Nawazi
Alat dan perlengkapan Neghare Nawazi termasuk empat jenis genderang dan Karna (sejenis terompet) dan peralatan-peralatan yang terkait dengannya. Genderang-genderang besar dan kecil yang terbuat dari tembaga dan besi cor yang sudah dilapisi kulit. Dimainkan dengan dua stik kayu sederhana sepanjang kira-kira 20 sentimeter. Karna-karna memiliki panjang sekitar 100-120 sentimeter dan terbuat dari tembaga atau perenggu. Genderang-genderang dan Karna dibuat di Mashhad.

Dalam Neghare Nawazi digunakan empat jenis genderang yang masing-masing dinamai Sarchasheni, Ghah Barghah (Ghurgeh, Ghurg), Tokhmemorghi dan Sadeh (Mianeh). Genderang Sarchasheni adalah sebuah genderang kecil dan dicor serta memiliki suara bawah yang merupakan genderang utama dan dimainkan oleh pemain sepanjang Neghare Nawazi. Genderang-genderang lain yang terbuat dari tembaga dan terbagi ke dalam dua ukuran besar dan sedang serta memilki suara bas, adalah seirama dengan genderang Sarchasheni dan secara bergantian dan bergiliran serta selaras dengan Karna atau kadang-kadang hanya sebagai gendang pengiring penggembira sampai akhir permainan dan tidak punya irama.

Karna-karna mengeluarkan suara ketika ditiup dan memiliki irama. Menurut salah satu pendapat, suara Karna hari ini tidak lain adalah suara di abad-abad lalu yang diwariskan turun temurun dan tetap terjaga hingga sekarang. Setiap pembuat mengistilahkannya sesuai dengan selera dan keyakinannya masing-masing dan yang paling mendekati kebenaran adalah apa yang dikutip dari pengurus para pemain Neghare yang menjelaskan tiga bagian permainan Karna sebagai berikut:
Sarnawaz (pemimpin para peniup Karna) pertama mengarahkan Karna ke kubah emas dalam posisi memberi salam dan dimainkan dengan irama (Sultan Dunia dan Aghabi, Ali bin Musa Al Ridha as) dan setelah itu para peniup Karna, yang jumlahnya lima orang menjawabnya : Imam Ridha as (dua kali). Sarnawaz kembali mengarahkan Karna ke kubah emas dan meniupkan: Imam Ridha sebanyak tiga kali dan setelah itu para peniup terompet menjawabya : Gharib Ridha sebanyak dua kali.

Di bagian kedua, Sarnawaz meniupkan: Maula, Maula, Maula, Ali bin Musa Al Ridha. Kemudian para peniup lainnya menjawab: Reza Jan sebanyak tiga kali dan Sarnawaz mengarahkan Karna ke kubah emas dan mengatakan: Ya Imam Gharib Ya Imam Ridha. Setelah itu para peniup lainnya menjawab: Reza Jan sebanyak tiga kali dan dalam bagian ketiga Sarnawaz mengatakan: Masa adalah masa Imam Ridha as. Di saat ini para penabuh genderang menabuh dengan irama gembira dan Sarnawaz kembali mengatakan: Masa adalah masa Imam Ridha as, pembela kaum tertindas. Kemudian para peniup Karna lainnya menjawab: Wahai pembela kaum tertindas. Dan ketika para peniup selesai memainkan dan meletakkan Karna mereka di samping, Sarnawaz mengatakan: Wahai pemberi pertolongan, dan para penabuh genderang semakin kencang menabuh genderang-genderangnya.

Ketika acara tengah berlangsung, empat genderang di samping kanan Neghare Khane (utara) menghadap kubah emas makam suci Imam Ridha as dan diletakkan di atas kursi-kursi kecil, enam peniup terompet masing-masing berdiri di sebelah pemimpin mereka di kiri Neghare Khane (selatan) dan melakukan koordinasi di antara para peniup terompet.

Di masa lalu, tugas para pemain Neghare Nawazi di hari-hari biasa adalah memberi pelayanan dan pada momen-momen khusus, terutama hari-hari raya, mereka dikenal dengan Neghare Khane Eidi.

Waktu-waktu Dimainkannya Neghare Nawazi
Sekarang, setiap hari kecuali hari-hari berduka dan bulan Muharam serta Safar, Neghare Nawazi dimainkan pada dua kesempatan, sebelum terbit matahari dan pada saat tenggelamnya matahari selama 20 menit. Di hari-hari raya, selain pada dua kesempatan tadi, Neghare Nawazi juga dimainkan dalam dua atau tiga kesempatan lain yaitu, satu jam setelah tenggelamnya matahari dan satu jam setelah terbitnya matahari.
Di bulan Ramadhan, Neghare Nawazi dimainkan sekali yaitu dua jam sebelum sahur, dan setelah selesai munajat para muadzin selama setengah jam dimainkan Neghare Sahar dan seperempat jam sebelum tenggelamnya matahari, Neghare Iftar. Pada perayaan tahun baru Iran dan pergantian jam, juga dimainkan Neghare Nawazi.

Sejarah Gedung Neghare Khane
Gedung Neghare Khane biasanya dibangun di sebuah tempat yang tinggi di atas pintu gerbang kota atau gerbang masuk istana para raja atau tempat tinggi di dekat benteng atau menara pengawas. Dengan begitu suara genderang terdengar di setiap sudut kota dan secara fisik tampak seperti menara atau ruangan berbentuk persegi panjang dan memiliki atap dan tersambung dengan permukaan tanah melalui tangga. Bangunan Neghare Khane Haram Suci Razavi juga dibangun di tempat tertinggi di kota Mashhad seperti di masa lampau, sehingga suara genderang di Haram terdengar ke seluruh penjuru kota.

Tentang sejarah gedung Neghare Khane Haram Suci Razavi sebelum era Qajarie tidak terlalu banyak informasi yang didapat dan dari laporan penulis Mehman Name Bokhara juga tidak dijelaskan soal kondisi gedung dan hanya menerangkan tentang keberadaan sebuah tempat khusus di atas makam suci Imam Ridha as yang mungkin saja maksudnya adalah atap, atau Neghare Khane kuno sebelum tahun 1336 Hijriah Syamsiah adalah sebuah tempat untuk berkumpul para pemain Neghare Nawazi atau sebuah ruangan yang di kemudian hari berubah menjadi tempat yang dikenal sekarang ini. Akan tetapi dapat dipastikan tempat ini, lokasi tepatnya tidak diketahui karena tidak dibangunnya beranda antik, di sebelah Barat atau Timur kubah dan di atas beberapa bangunan yang ada di sekitar Haram.

Neghare Khane di masa lalu kurang lebih terletak di tempat sekarang dan pembangunan gedungnya dimulai di era Qajarie dan dikerjakan oleh Haji Qavam Al Malik, sebagaimana Etemad Al Saltana menulis:
‘’...di sebelah jalan bawah, di atas pintu bawah jalan terdapat Neghare Khane Imam Ridha as yang dibangun oleh Haji Qavam Al Malik.’’

Bangunan yang lebih kecil dan terletak di tempat yang lebih rendah dibandingkan dengan Neghare Khane sekarang itu, terbuat dari kayu dan seng serta terletak di mulut atap puncak beranda Barat (bagian depan ruangan dalam beranda) serambi antik. Bangunan itu memiliki 20 pilar kayu dan terletak di atap ruangan berbentuk segitiga di atas Neghare Khane, sebenarnya ia adalah ruangan persegi panjang dan beratap yang mulut Timurnya ditopang oleh balok kayu lebar dan tiang-tiang kayu yang diletakkan di atas kubah khusus dan para pemain Neghare Nawazi mencapai Neghare Khane melalui ruang di bawah dan lewat tangga kayu di lokasi Neghare Khane.

Bangunan kuno yang tidak terlalu kokoh dan menggunakan bahan-bahan yang sederhana, rapuh seiring berlalunya waktu dan sekalipun ada penahan-penahan kayu di sekitarnya, tetap terancam kerusakan. Pada tahun 1955 bangunan itu diruntuhkan untuk renovasi dan pembangunan Neghare Khane baru dan proses pembangunannya dilakukan di masa Mohammad Mehran, Wakil Perwalian kala itu dan di bawah pengawasan insinyur Ghahremani dan arsitek Haj Ahmad Biyuki. Pada tahun 1967 proses pembangunan selesai dan siap digunakan.

Untuk membangun Neghare Khane, karena atap beranda patah dan dipindahkan, pertama ruangan dalam dan luas harus disambungkan dengan beton bertulang dan direkatkan dengan tiang-tiang beton dan atas semen. Setelah itu di depannya dipasang pondasi tiang-tiang Neghare Khane dan badan serta beton Neghare Khane diletakkan di atasnya. Ketika Neghare Khane baru tengah dibangun, untuk sementara Neghare Nawazi dimainkan selama beberapa bulan di dekat menara jam di atas beranda Barat, setelah itu selama empat tahun di atas panggung kayu sementara dan di atas beranda Abbasi, sampai Neghare Khane baru selesai dibangun.

Bangunan ini terdiri dari tiga lantai, lantai pertama adalah gudang penyimpanan alat-alat Neghare Khane, dan lantai kedua adalah ruangan kecil khusus untuk para pemain Neghare Nawazi yang dihiasi dengan dua jendela besi kecil ke arah Barat. Di lantai atasnya adalah ruangan Neghare Khane yang memiliki tinggi sekitar 3,20 meter dan berbentuk segi delapan.

Tinggi Neghare Khane 9,50 meter dan luasnya 30 x 6,18 meter dan atapnya bersambung dengan 18 tiang besi yang terpasang di lantai dua dan terdapat sebuah tangga di sekitarnya. Dari luar tampak di bibir atap, sebuah ruangan dengan tiga deretan lukisan mosaik kaca dan di atasnya dihias dengan warna Firuz di sekelilingnya.

Tampilan luar dua lantai bawah Neghare Khane juga dihias dengan miniatur-miniatur kubah yang indah dan dengan penampan besar kayu warna-warni. Bangunan-bangunan yang dihias dan urusan bangunan lainnya adalah tanggung jawab Haj Shadegh Raafati dan rancangan hiasan oleh Mohammad Hassan Rezvan, penulis kaligrafi Haram Suci Razavi. Bangunan Neghare Khane dari mulai dibangun hingga kini sudah mengalami beberapa kali proses penghiasan.

Penjelasan mengenai Neghare Khane di Iran dan Haram Suci Razavi berumur ratusan tahun dan meskipun istilah-istilah terkait dengannya seperti Karna Khane, Shadyane, Amaljat Shekve, Mohtar dan Dahbashi Neghare Khane, Noubat, nama-nama genderang dan kata-kata lain, sudah dilupakan, namun keberadaan tradisi kuno dan sastra serta istilah-istilah tradisi ini tetap terjaga.

(News-Aqr/STI)

0 komentar: